tag:blogger.com,1999:blog-69184744503343228392024-03-04T23:32:23.326-08:00Retasan Angin MalamMari bercerita sejenak mengurai hidup!Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-76294319766778840982014-06-27T02:21:00.000-07:002014-06-27T02:22:21.746-07:00Mari menertawakan perbedaan...<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Dear Pak Jokowi,<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Beberapa hari yang lalu,saya
dikejutkan kabar bahwa rumah salah satu teman saya diserang oleh orang tidak
dikenal saat sedang mengadakan Doa Rosario. Motif yang mengemuka pertama kali
adalah soal agama. Tetapi kemudian belakangan,ditengarai motif penyerangan
karena adanya perbedaan pilihan politik. Saya menjadi tidak habis
pikir,sebegitu kolotkah Indonesia dalam menanggapi perbedaan? Apakah perbedaan
kemudian menjadi justifikasi yang sahih untuk melakukan kekerasan? Apakah memang
perbedaan secara perlahan menuntun kita untuk menumpulkan rasa kemanusiaan dan
hati nurani kita? Tidakkah kita bisa menanggapi perbedaan dengan kelakar tanpa
menyelipkan rasa benci di dalamnya?<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Saya pikir mungkin ada yang
salah dalam penanaman pola pikir terhadap keberagaman. Keberagaman (dlm cakupan
yang lebih luas dibanding SARA, misal pemikiran,pilihan politik,pendapat)
sering dianggap sebagai hal yang aneh,tidak lazim, bahkan ada yang menabukan.
Kita akan cenderung mencerca dan menghakimi orang lain yang tidak sama dengan
kita. Pola pikir ini menyebabkan kita tidak pernah sungguh-sungguh memahami
toleransi dan menghargai perbedaan dalam keseharian kita.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Saya teringat pengalaman
ketika SMP. Waktu itu saya bersekolah di sekolah negeri yang notabene mayoritas
Muslim dan bersuku Jawa. Saya menjadi saksi bagaimana teman dekat saya di-<i>bully</i> selama hampir 3 tahun karena
Tionghoa. Lebih parah lagi, ada oknum guru yang turut berlaku tidak adil
gara-gara teman saya keturunan Tionghoa. Saya berpikir, sebegini sulitkah untuk
menjadi berbeda di negara ini? Apakah kita akan selalu dipandang dan
diperlakukan hanya berdasarkan agama atau suku?<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Anggapan ini musnah ketika
saya melanjutkan sekolah di SMA Kolese De Britto. Sekolah ini adalah tempat
pertama kali saya belajar toleransi.Kami memang tidak pernah belajar teori
omong kosong tentang toleransi, tetapi kami berhadapan langsung dengan
pembelajaran atas toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Kami diperbolehkan
berambut gondrong, boleh memakai baju bebas asal berkerah,boleh memakai sepatu
sandal, dan boleh melakukan banyak hal asal disertai dengan kesadaran dan
tanggung jawab. Kami dididik untuk selalu melakukan penghargaan atas esensi
kemanusiaan,bukan melulu menilai berdasarkan pakaian yang dikenakan, status
ekonomi, latar belakang, maupun tampilan fisik semata. Kami diajarkan untuk
tidak mudah menilai seseorang hanya dari tampilan luar, terlalu superfisial.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa manusia terdiri dari nilai-nilai yang dibawa,
dialami, diyakini dan dibangun bertahun-tahun. Kita baru bisa menilai secara
obyektif ketika kita mampu meniadakan jarak sehingga muncul pemahaman yang
lebih mendalam tentang nilai-nilai yang digeluti seseorang. Kita pun akan
menjadi lebih bijaksana dalam bersikap ketika kita mau melihat dan memahami
perbedaan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Di sekolah, kami juga hidup
dalam dikotomi Jawa-Tionghoa. Ungkapan seperti "Woooo..dasar cino pelit"
dan "woooo..dasar jowo kere" adalah ungkapan yang sering kali muncul
dalam keseharian sekolah. Memang terdengar sangat tidak pantas dan sangat
rasialis. Kami menyadari bahwa ungkapan tersebut muncul sebagai bentuk ekspresi
keakraban dan respon interaksi pertemanan atas perbedaan yang muncul dalam
keseharian kami. Kami menjadikan keunikan masing-masing ras sebagai bahan <i>gojekan </i>atau tertawaan kami sehari-hari.
Sekalipun begitu, kami tidak pernah merasa tersinggung dengan ucapan seperti
itu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa ketika kami “mengejek”, tidak pernah ada
sedikit pun keinginan untuk merendahkan atau melecehkan orang tersebut. Kami
tidak akan membiarkan kebencian sekecil apapun terselip dalam setiap perkataan
kami.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Suatu hari, salah seorang
teman mengadu kepada </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Segoe UI","sans-serif"; font-size: 10.0pt;">Pastor Pembina Kesiswaan karena dia diejek dengan ungkapan “Dasar Jowo!” Mendengar
pengaduan itu, Romo pun bertanya “Lah, kamu kan orang Jowo to? Kenapa kamu
harus marah kalau mereka memanggilmu Jowo? Kenyataannya, kamu memang orang
Jowo. Iya kan?” Interaksi keseharian kami,
secara perlahan menuntun dan membuat kami mengenal serta menerima diri kami
lengkap dengan sejarah hidup yang menyertai kami sejak lahir. Penerimaan diri
ini membuat kami menjadi mudah untuk menerima orang lain yang berbeda dengan
kami. Kami sadar penuh bahwa setiap pribadi tumbuh dengan otentitasnya
masing-masing. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan atas realitas tersebut.
Kami pun bisa tertawa lepas bebas menanggapi perbedaan yang ada.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Negara ini tampaknya terlalu
mendewakan keseragaman. Keseragaman memang (tampaknya) ditujukan untuk
menghapuskan realitas pluralisme yang ada di sekitar kita. Sebagai contoh, seragam
sekolah akan membuat anak dari kalangan orang kaya akan tampak sama dengan anak
dari kalangan orang miskin. Sepintas ini baik, tetapi kita menjadi tidak
terbiasa terpapar dengan mereka yang berasal dari kalangan berbeda. Nurani dan empati
kita akan tumpul menanggapi teman kita yang berasal dari kalangan tidak mampu. Kita
tidak akan mampu melatih bela rasa terhadap mereka yang kurang beruntung. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Segoe UI","sans-serif"; font-size: 10.0pt;">Pun
kita minder atau merasa rendah diri ketika berhadapan dengan kalangan berpunya. Kita seakan-akan terkungkung dalam dunia yang seragam.
Alhasil, kita menjadi gagu dan kaku dalam merespon setiap perbedaan yang muncul
atau lebih parah lagi, kita menjadi phobia terhadap segala jenis perbedaan yang
ada di setiap segi kehidupan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Segoe UI","sans-serif"; font-size: 10.0pt;">Bagi saya pribadi, pemilu kali ini adalah
penentu bagi keberlangsungan pluralisme di Indonesia. Saya melihat bagaimana
ormas-ormas yang kerap diidentikkan dengan kekerasan berdiri di belakang lawan
Pak Jokowi. Mereka menanti dengan penuh harap untuk kekalahan Pak Jokowi dan akhirnya
bisa melancarkan segala rencana. Saya takut membayangkan bahwa mereka akan
memberangus kemajemukan yang sudah dihidupi sejak lama di negeri ini dan
menggantinya dengan paham-paham berdasarkan dalil agama atau prinsip-prinsip
lain yang mereka percayai. Saya takut bangsa ini akan kembali menghalalkan
kekerasan untuk mencapai keseragaman. Saya takut negeri ini kembali jatuh pada
penganiayaan terhadap ide-ide dan nilai-nilai kemanusiaan. <span style="color: red;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Saya berharap Pak Jokowi dan
Pak JK menjadi pemimpin bangsa ini untuk 5 tahun ke depan. Saya percaya dengan
kapabilitas Pak Jokowi yang sadar penuh tentang pentingnya pilar ketiga dalam
Trisakti yaitu “Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya” untuk
segera diwujudkan dan diimplementasikan. Saya juga percaya, pengalaman Pak JK
yang berhasil menjadi juru damai di berbagai macam konflik baik di Indonesia
maupun internasional akan menambah daya upaya untuk penerapan prinsip dasar
ini. <o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Saya sangat setuju dengan
salah satu kalimat yang saya baca di Revolusi Mental bahwa sistem pendidikan
Indonesia harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa Indonesia
yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung nilai-nilai moral agama yang hidup
di negara ini. Selama ini pendidikan Indonesia hanya bertujuan untuk membangun
kompetensi, membentuk manusia-manusia berotak cerdas. Namun, di sisi lain, kita
lupa untuk mengembangkan aspek lain yaitu karakter. Tanpa adanya karakter baik
yang dikenalkan, dibudayakan, dan dikembangkan terus menerus, kita hanya akan
tumbuh menjadi bangsa dengan otak cerdas tapi kehilangan hati nurani dan moral
kita sebagai manusia. Kita akan tumbuh menjadi masyarakat egois yang dengan
seenak hati menindas dan menganiaya siapa pun, tanpa terkecuali, yang mempunyai
pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan kita. Kita lambat laun akan
melahirkan generasi-generasi diktator yang dengan kejamnya akan membinasakan
manusia-manusia yang dianggap tidak sejalan dengan keinginan kita. Perbedaan
yang muncul seharusnya tidak lantas meniadakan secara otomatis nilai
kemanusiaan yang melekat pada pribadi seseorang.<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Pembangunan karakter menjadi
hal penting yang harus secara sadar dibangun dan diupayakan secara
berkelanjutan mulai dari pendidikan tingkat dasar. Pendidikan di sekolah harus
mampu mengenalkan nilai-nilai kemajemukan bangsa, sekaligus memaparkan secara
langsung nilai-nilai tersebut dalam kehidupan keseharian. Hal ini akan membuat
kita bisa bereaksi secara tepat terhadap pluralisme yang tumbuh di masyarakat
Indonesia. Generasi muda Indonesia harus mulai dididik untuk bisa menerima
perbedaan. Bangsa ini harus mulai untuk belajar berefleksi terhadap setiap aksi
yang akan dilakukan, bukan malah selalu bertindak reaktif dan terus berkonflik
tanpa pernah memikirkan dampak negatif yang akan muncul. Kita harus mulai
belajar untuk memahami dan menghidupi “Bhineka Tunggal Ika” dalam keseharian
kita. Bukan hanya melulu menganggap itu sebagai jargon usang yang terpampang di
depan ruang kelas. Kita harus mulai belajar menganggap perbedaan itu sebagai
suatu anugerah dan kekayaan bangsa ini, bukan menjadi sesuatu yang harus
dihujat mati-matian. Bangsa ini perlu belajar mendewasakan pemikiran dan
berbesar hati menerima kemajemukan SARA maupun pilihan politik. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Segoe UI","sans-serif"; font-size: 10.0pt;">Keberagaman
seharusnya mampu dipahami sebagai sarana untuk menciptakan kedamaian dan
ketentraman jiwa.Dengan itu semua, kita bisa menanggapi perbedaan sebagai
sebuah gurauan tanpa melukai kemanusiaan itu sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Akhir kata, saya titipkan
harapan untuk keberlangsungan kemajemukan bangsa Indonesia ke tangan Pak Jokowi.
Semoga Pak Jokowi dan Pak JK bisa memenangkan pemilu presiden kali ini dan
membawa bangsa Indonesia menjadi lebih MERDE</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Segoe UI","sans-serif"; font-size: 10.0pt;">SA!<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Salam Hormat,<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="EN-US" style="font-family: 'Segoe UI', sans-serif; font-size: 10pt;">Athanasius Wrin Hudoyo<o:p></o:p></span></div>
<div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0mm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-41682275205680516172014-06-18T18:34:00.001-07:002014-06-18T20:25:11.550-07:00Benarkah kita kehilangan 1000T?<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit;">Kemarin, saya sempat mempertanyakan
tentang keabsahan data yang dilontarkan oleh pak Prabowo dalam debat putaran 2,
tentang kebocoran 1000T. Saya bertanya-tanya, bagaimana beliau bisa melontarkan
pernyataan tersebut. Bagaimana detail kebocoran yang dimaksud? Apakah memang
kita masih punya potensi pendapatan negara sebesar itu? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style= font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style=; font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33;">Akhirnya, saya membaca kultwit yang
disampaikan oleh @linchewei1, di beberapa point beliau agak keras mengkritisi
data yang dikeluarkan pak Prabowo. Pada pengantar kultwitnya, Lin Che Wei
menekankan bahwa yang dimaksud dengan kebocoran brarti hilangnya uang negara
yang sudah ada dalam pendapatan negara, bukan pendapatan potensial yang belum
masuk ke pendapatan negara. Logika sederhananya, ban bocor brarti ada
kehilangan “angin” di dalam ban, bukan bicara tentang potensi “angin” yang ada
di udara terbuka. Demikian jg dgn kebocoran keuangan negara. Kita hny bicara
dana/uang yg berada dlm sistem keuangan negara bukan potensi 'opportunity loss'</span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style=; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style=; font-family: inherit;">Berikut saya copy-kan kultwit dari beliau, semoga bisa memberikan pandangan dan
wawasan kritis terhadap calon presiden kita. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style= font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style=; font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33;">TL tentang Mengurangi 'Kebocoran'
Revenue Negara. Saya ingin menunjukan bagaimana angka yang dijabarkan Prabowo
senilai Rp 1000 tr tdk logis</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style=; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=; font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">1.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Untuk sebagian besar negara kehilangan Revenue bisa berasal
dari 'pencurian/korupsi', kesalahan pengukuran, utang tdk tertagih dsb.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=; font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">2.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Kebocoran juga terjadi karena kurang pengawasan, monitoring
maupun penggunaan dana yg tidak efektif (tdk tetap sasaran) & tdk efisien</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial;background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=; font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">3.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Memperbaiki kebocoran seharusnya meningkatkan cash flow yang
tersedia untuk belanja pembangunan maupun efisiensi dari pemerintahan.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">4.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Oleh sebab itu kita harus mengerti bahwa kebocoran tdk
mungkin lebih besar dari pool yang ada. Secara singkat APBN kita adalah Rp
1842tr</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">5.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Prabowo mengatakan bahwa kebocoran (revenue leakage) mencapai
sekitar Rp 1000 tr atau 54% dari total anggaran APBN. Ini tdk masuk akal.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial;background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">6.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Secara Typical ada 3 Jenis Revenue Losses untuk Negara yaitu
(1) Technical losses (2) Operational Loss dan (3) Asset Loss.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">7.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Pertama technical loss - kebocoran yang bersifat teknis -
misalnya kebocoran ketika distribusi project/salah hitung atau perubahan asumsi</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">8.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Operational losses adalah kebocoran yang disebabkan oleh
pencurian/korupsi, resource yang tidak terukur, claim yg tdk tertagih,</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">9.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Ketiga adalah Asset Loss adalah hilangnya asset-asset sumber
daya Indonesia - misalnya ikan yg dicuri, illegal logging, illegal mining.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">10.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Ttg Technical loss. Apabila dua negara membuat suatu
perjanjian dagang secara niat baik - maka dikemudian hari ada yg untung/rugi</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">11.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Misalnya negara A berjanji membeli barang selama 20 thn ke
depan dari negara B dgn harga yang ditentukan. A bisa untung/rugi!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">12.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Apabila dikemudian hari harga komoditas naik maka A sebagai
penjual akan rugi, sebaliknya bila harga turun maka A sebagai penjual-rugi</span>
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">13.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Technical loss seperti ini (krn perubahan harga) wajar dalam
dunia bisnis. Jika kita rugi krn 'salah tebak arah' --salahkan phk lain?</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">14.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Prabowo tanya di dalam debat - apabila kita berkontrak secara
jangka panjang (dan sekarang dlm posisi rugi) apakah kita akan renegosiasi</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">15.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Harus dilihat secara cermat - kenapa kerugian terjadi. Apakah
karena technical loss (perubahan harga) atau karena ada kecurangan/korupsi</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">16.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Sebagai contoh banyak 'loser' yang salahkan sekarang (ketika
harga gas sdh tinggi) kenapa Gas dijual ke LN. Pdhl waktu kontrak gas murah</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">17.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Disini harus dicermati bahwa 'kerugian' yang terjadi karena price
movement tdk dapat dikategorikan sebagai 'kebocoran'!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">18.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Prabowo selalu berikan gambaran seakan-akan SDA kita
'dirampok' dan 'dijarah' oleh pihak luar negeri! Bedakan investor & rampok!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">19.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Illegal Mining, Illegal Logging, Illegal Fishing adalah
rampok. Nmn Kontraktor Migas, Investor tambang yg dpt izin resmi adalah investor</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">20.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Sekarang saya mau beralih ke operational loss (kebocoran
operasional). Operational loss disebabkan karena korupsi/pencurian dan slh ukur</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">21.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Di dalam Operational Loss - Prabowo harus bercermin pada
anggota koalisinya. Korupsi dana haji, Korupsi impor sapi, korupsi migas dll</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">22.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Meskipun begitu operational losses yg disebabkan oleh korupsi
menurut hemat saya tdk akan mencapai ribuan trilliun. lihat cashflow</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">23.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Untuk melihat kebocoran operasional berdasarkan cash flow
kita bisa melihat jumlah defisit perdagangan. Import $186jt, Export $182jt</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">24.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Jadi defisit perdagangan senilai -USD 4jt. Jika operational
leakage kita sampai 54% dr anggaran, cashflow(cadangan devisa) pasti kering</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">25.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Sekarang saya akan bahas soal Asset Loss. Asset loss
(hilangnya SDA, hilangnya minyak, hilangnya ikan, hilangnya hutan) mungkin
terjadi!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">26.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Cuma pertanyaanya berapa asset losses yang terjadi disebabkan
karena pencurian (Tambang dicuri, Hutan dicuri, ikan dicuri)? Ini criminal<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">27.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Jika ingin mencegah asset losses - perkuat keamanan nasional
(Polisi) polisi, polisi hutan, polisi perairan. Bukan dengan 'renegosiasi'</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">28.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Asset kita tdk dicuri oleh Investor yang dapat izin secara
resmi oleh negara dan seharusnya mendapatkan perlindungan.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style=font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">29.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Prabowo hidup di zaman kolonialisme & selalu mimpi jadi
'hero'.Sehingga harus mencari kambing hitam untuk jadi tokoh antagonis</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">30.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Yang paling mudah adalah menyalahkan orang lain, menciptakan
kesan semua penderitaan kita disebabkan karena 'kebocoran' yg rangkum visi</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">31.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Sehingga berdasarkan Teknikal losses (yang disebabkan karena
perubahan harga) risiko dagang - tidak bisa dianggap kebocoran.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">32.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Operational losses yg justru jadi PR koalisi#1 - karena
korupsi justru berada di lingkar-lingkar core koalisi prabowo. Brantas korupsi</span>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style= font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">33.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Asset Loss harus diselesaikan dengan penguatan sistem
keamanan dan sistem pengawasan. Penguatan polisi, polisi hutan dan polisi
perairan</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">34.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Sekarang saya mau 'tutup' juga loophole terakhir yaitu
potensi kerugian atau yang biasa disebut sebagai 'opportunity losses'.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">35.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Opportunity losses tidak dapat disebut sebagai
"kebocoran'. Sebagai contoh jika di laut banyak ikan tapi kita tdk punya
kapal u tangkap</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">36.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Kita tidak bisa mengatakan bahwa 'kebocoran' dari pendapatan
di laut kita sama dengan jumlah ikan yang tidak tertangkap!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">37.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Kalau mau tangkap ikan banyak - harus punya kapal, harus
punya awak, harus punya bbm, harus punya skill.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">38.<span style="line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Berandai-andai - jika kita punya kapal, jika kita punya awak,
jika kita punya bbm, teknologi. Tdk akan mengubah nasib!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">39.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Prabowo hanya menjual mimpi tdk berdasar - dengan mengatakan
andaikan ia jadi presiden ia akan dapat menutup kebocoran Rp 1000 tr.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 115%; margin: 0mm 0mm 3.75pt 18pt; text-align: left; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">40.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">Ini bukti paling telak Prabowo
membual. Lihat point 9b. Ini dari visi misi Prabowo. Asumsi belanja hanya 19%
GDP <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 115%; margin: 7.5pt 0mm 11.25pt 18pt; text-align: center; text-indent: -18pt; vertical-align: top;">
<span lang="EN-US" style= color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 115%; margin: 7.5pt 0mm 11.25pt 18pt; text-align: center; text-indent: -18pt; vertical-align: top;">
<span style= font-family: inherit;"><img height="300" src="https://pbs.twimg.com/media/BqbPahoCQAAQCQl.jpg:large" width="400" /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">41.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Skg belanja kita sekitar 18% dari GDP. Jika benar Prabowo
dapat tambahan uang dari tutup kebocoran. Belanja thd GDP yg +1000T jd 30%GDP</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">42.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Cerita Prabowo didebat soal tambahan duit dari hasil tutup
kebocoran tdk match dengan asumsi di visi misi! Semua cuma angka karangan!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">43.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Bagi rakyat awam - cerita Prabowo mungkin terlihat
meyakinkan. Namun bagi org yg ngerti public finance tdk credible!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">44.<span style="line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Kesimpulan Teori Prabowo tentang kebocoran Rp1000T
berdasarkan teori dan logic yg banyak bocornya!</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 115%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style= font-family: inherit;"><span lang="EN-US" style="color: #292f33; line-height: 115%;">45.</span><span lang="EN-US" style="color: #292f33;"> </span><span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; line-height: 115%;">Teori kebocoran ini sgt merugikan reputasi Pemerintah
sekarang yg ironisnya dinakodai oleh Hatta Rajasa dan juga teman koalisinya!</span><span style="line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;">
<span style= font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33; font-family: inherit;">Itulah kultwit dari @linchewei1,
bila ada maksud yang belum jelas, silakan ditanyakan pada akun yang bersangkutan,
karena saya bukanlah seorang ekonom. Saya hanya ingin menambah wawasan,
pandangan kritis berdasarkan data dan fakta, bukan hanya melulu asumsi belaka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style= font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #292f33;"><span style= font-family: inherit;">Sebagai penutup, mengutip
pernyataan mbah Sujiwo Tedjo “Pemimpin diktator menghilangkan harapan, tetapi
menabikan pemimpin menghilangkan nalar”. Salam. </span><span style= font-family: Arial, sans-serif; font-size: 11pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-42140775929593610702010-05-05T20:55:00.000-07:002010-05-05T21:03:22.063-07:00Dahi Elit<div style="text-align: justify;">Pagi ini saya iseng-iseng baca femina, di salah satu kolomnya ada informasi tentang dahi. Sejurus pikiran saya pun teringat dengan seorang teman yang punya dahi lebar, sebut saja namanya Ti***.Sejak tahun pertama dahi itulah yang menjadi incaran ejekan kami. Soalnya dahinya lebar, rambutnya pendek, dan kalau dia memakai rambut model poni akan jelek sekali kelihatannya. Alhasil, dia dengan sangat sukarela (atau malah terpaksa ya?) membiarkan dahinya yang lebar dan <span style="font-style: italic;">jembar </span>itu diberi nama-nama yang rodo kurang ajar mulai jinong (jidat nonong), jimbar (jidat jembar), maupun julukan-julukan lain.<br /><br />Tapi, apa yang ditulis kolom femina tersebut ttg fakta yang tersembunyi di balik sebuah dahi? Ternyata, pada zaman Ratu Elizabeth I, wanita yang berdahi lebar menandakan status sosial seorang wanita di kalangan socialite atau bangsawan. Selain itu, dahi lebar juga jadi tolak ukur cantik tidaknya paras seorang wanita. Sampai-sampai para wanita yang berdahi sempit, rela mencukur anak rambut mereka lebih dalam, agar dahinya terlihat lebih lebar.<br /><br />Hmmm...ternyata di balik sesuatu yang kita kira sebuah kekurangan, di masa sekarang, di masa lalu kekurangan itu merupakan sebuah hal yang sangat dihargai yaaa...<br /><br />*postingan iseng-iseng...<br /></div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-85758428770289274462010-04-26T02:41:00.000-07:002010-04-26T02:43:44.880-07:00Ah, mbok sudah jalani saja!<div style="text-align: justify;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CUser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Kata ini tiba-tiba mencuat dalam benak saya ketika saya berada dalam situasi kericuhan siang tadi di Poliklinik Mata. Bukan situasi rusuh macam perang antara satpol PP ama warga Koja, bukan juga perang gusur-gusuran antara satpol PP dan cina benteng di Tangerang. Bukan kok, ini cuma kejadian sederhana yang agak menganggu pikiran saya. Markimul a.k.a mari kita mulai (jadul bo!)</span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">
<br /><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Hari ini saya dan teman-teman berjaga lagi di Poli Mata RSUP Dr. Sardjito setelah seminggu ini kami tercerai berai. Ada yang ke RS YAP, ada yang ke Banyumas (banyak cerita seru tentang Banyumas, intrik, konflik, lengkap!), ada yang pergi ke Cilacap tapi dideportasi dengan paksa gara-gara dokternya mendadak pergi ke Jakarta, tapi ada juga yang berjuang di rumah sakit jejaring macam Klaten, Wonosari, Bantul, Sleman, dan juga Wates. Setelah seminggu terpisah rasanya senang sekali berkumpul lagi dengan teman-teman yang menginjak minggu ke-4 mulai kelihatan anehnya, lucunya, katroknya, ndesonya, dan berbagai macam –nya, –nya, –nya yang laen. Kami menjalankan aktivitas poli seperti biasa, berbagi tugas dan melakukan pemeriksaan di subdivisi yang ada di poli tersebut. Sudah 2 minggu kami melakukan berbagai macam pemeriksaan wajib di subdivisi masing-masing, ada yang sudah faseh sampai terkadang bosan melakukannya, ada yang masih penasaran gara-gara belum bisa liat papil, pokoknya campur bawurlah. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Nah, selain masalah jaga dan bla..bla..bla..nya itu, hari ini kami juga akan mengundi dosen penguji untuk ujian akhir di stase kami. Ada beberapa orang yang sangat antusias untuk mengetahui siapa dosennya sehingga mengingatkan saya untuk memberitahu chief resident-nya untuk menetapkan waktu undian. Akhirnya waktu yang dinanti-nanti pun tiba, tepat setengah jam setelah tengah hari kami berkumpul di ruang refraksi untuk mengundi dosen penguji. Kertas-kertas kecil sudah disiapkan sebanyak 13 buah, lalu ditulis nama-nama dosen oleh chief residen. Kami semua berancang-ancang untuk mengambil kertas tersebut (sakjane yo rodo lebay sih, mergane kan mesti enthuk siji-siji khan, haha..anak muda...) Dan seketika itu pula, kertas-kertas itu sudah hilang dari telapak tangan si chief residen. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Seketika itu pula, kami semua bebarengan membuka lipatan-lipatan kertas yang menentukan masa depan kami selanjutnya. Saya melihat ada beberapa perubahan mimik muka. Ada yang puas, <i style="">gelo</i>, gerah, biasa-biasa aja, ada yang langsung kelihatan susah, ada yang teriak-teriak. Ya, semuanya seperti menyuarakan isi hati mereka. Yang kelihatan susah mungkin mendapatkan dosen penguji yang cukup berat, yang kelihatan senang mungkin mendapatkan dosen penguji yang cukup enak, yang biasa-biasa saja mungkin berpikir bahwa siapa pun pengujinya yo sama saja. Saya termasuk yang biasa-biasa saja.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Ini adalah ujian pertama kami di rotasi klinik, seperti biasa kalau mau ujian, kami sebelumnya sudah tanya-tanya kepada kakak kelas, bagaimana rasanya ujian dengan dosen-dosen tersebut. Sebagian nama dosen yang disebut kalau ujian susahlah yang kemudian membuat beberapa orang tampak menderita. Mungkin di benak mereka sudah terpatri kuat bahwa kalau ujian dengan dosen tersebut ya paling-paling seperti informasi yang sudah didapatkan. Padahal menurut saya ada banyak hal yang bisa menyebabkan kondisi-kondisi mengenakkan ataupun tidak mengenakkan pada waktu ujian.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Saya bertanya pada diri saya sendiri, kenapa saya kok biasa-biasa saja? Mungkin karena saya mendapatkan dosen yang cukup santai ketika memberi ujian. Tapi dalam benak saya, pengundian ujian itu adalah faktor yang tidak bisa kita kendalikan sama sekali atau lebih tepatnya bisa saya katakan sebagai keberuntungan belaka. Mau kita ngambil kertasnya duluan, belakangan, lebih cepet dari yang lain, ataupun bla..bla..bla..yang lain kita tetep nggak bakal tahu siapa dosen yang tertulis di kertas tersebut. Yaa...semuanya terserah alam saja yang mengatur, manut-manut waelah. Reaksi beberapa orang teman saya kira wajar karena informasi-informasi yang mereka dapatkan plus sedikitnya pengalaman yang didapat untuk menghadapi dosen-dosen tersebut. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Saya berpikir dan saya menyadari kalau kita diprediksi mendapatkan sebuah kesulitan tertentu, reaksi pertama yang muncul adalah mengeluh. Itu sudah hukum alam. Nek ada manusia yang nggak mengeluh berarti yo kuwi wis tingkat dewo berarti. Tapi terkadang kita suka terjebak pada hal-hal negatif yang sudah kita bayangkan akan terjadi di depan kita. Bahwa ini akan seperti itu, itu akan seperti ini, bahwa ini akan seperti ini, dan ini-itu serta ini-ini yang lain. Padahal siapa juga yang tahu apa yang akan terjadi di depan. Siapa tahu dosen yang biasanya galak, tapi pas kita ujian baru dapet undian 2 milyar, njuk kita langsung lulus tanpa susah payah, atau dosen yang biasanya santai tapi rumahnya baru saja kemalingan, njuk kita malah jadi sansak kemarahan, siapa juga yang tahu. Sama sekali nggak ada yang tahu. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Hidup itu tidak pasti dan kita sering takut untuk menghadapi ketidakpastian yang ada di depan kita. Yang bisa kita lakukan adalah mereka-reka sendiri ketidakpastian-ketidakpastian tersebut dalam bentuk kepastian-kepastian yang kadang malah membuat kita takut atau lengah.<span style=""> </span>Sering karena dosennya galak atau ujiannya susah, orang malah nggak belajar karena menurutnya sama saja belajar atau enggak toh nanti juga akan ada tugas tambahan dari dosennya, juga bisa lengah karena katanya dosennya baik sehingga nggak belajar dengan maksimal. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Apa yang mau saya share di sini? Bahwa semua ketidakpastian itu adalah hal yang paling pasti dalam hidup. Hanya itu satu-satunya dalam hidup yang pasti kecuali mati tentunya. Ketika kita sadar bahwa semuanya tidak pasti berarti semuanya mungkin terjadi. Yang bisa kita lakukan untuk menghadapi ketidakpastian adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi hal itu. Belajar semaksimal mungkin yang kita bisa. Bertanya sekritis mungkin pada orang yang bisa ditanya. Pokoknya kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk bisa menghadapi situasi itu. Sehingga apa pun kondisinya yang akan menimpa, kita sudah siap. Ubah mindset kesulitan sebagai sebuah tantangan. Dan sadari saja kalau kita sudah mampu melewati tantangan tersebut berarti kita sudah naik level dalam tataran manusia. Pada intinya adalah berusahalah sebaik mungkin, sisanya serahkan saja pada alam, biar mereka yang mengaturnya. <o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">
<br /></span></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><span style="" lang="SV">Selamat ujian teman-teman! Ujian pertama harus berhasil, yeiy! Sing semangat!<span style=""> </span><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-32904654015065940542010-04-24T22:13:00.001-07:002010-04-24T22:31:48.245-07:00Keluargasing!<div style="text-align: justify;">Saat ini aku sedang melihat Oprah, salah satu talkshow yang menampilkan beberapa narasumber untuk diwawancarai, tapi kadang dia juga membuat program-program yang berhubungan dengan kondisi sosial, tentunya yang relevan dengan kondisi masyarakat di Amerika. Mirip dengan acara Kick Andy yang sangat digemari di negeri kita tercinta ini. Sebuah acara yang memunculkan banyak insipirasi bagi kehidupan manusia ke depannya. Kadang-kadang kita dipaksa untuk merekonstruksi lagi perjalanan hidup yang telah kita lalui. Dengan melihat bahwa orang lain sudah berbuat sesuatu bagi orang lain lagi yang kesulitan, rasa malu pun membuncah. Terjadi refleksi yang mencuat dalam diri dan berikrar bahwa suatu hari nanti pasti aku akan melakukan hal-hal tersebut. Tapi kata bapak, kita nggak akan mungkin melakukan hal-hal besar tanpa kita terbiasa melakukan hal-hal kecil terlebih dahulu. Mungkin memang tidak usah terlalu muluk harus berbuat sesuatu yang besar bagi duniamu, buatlah dulu orang-orang di sekitarmu merasakan kehadiranmu sebagai sesuatu yang mencerahkan, memberikan inspirasi, dan bukan malah sebaliknya.<br /><br />Kembali ke acara tivi tersebut, Oprah memberikan tantangan pada dua keluarga yang berjudul “What can you live without?” Pada intinya, tantangan ini berupa pengambilan sejumlah barang yang terbiasa digunakan oleh kedua keluarga tersebut. Barang-barang yang diambil adalah gagdet yang biasa mereka pakai, misalnya tivi, komputer, xbox, ataupun ponsel. Barang-barang itu disita selama seminggu. Apa yang terjadi dalam kehidupan mereka? Bisa dikatakan kalau kehidupan mereka adalah kehidupan keluarga modern jaman sekarang ini. Mereka terlalu sibuk dengan barang-barang berteknologi yang mereka punya. Si bapak sibuk dengan acara nonton tivinya, si ibu sibuk dengan laptop dan telepon dari teman-temannya membicarakan tentang salah satu miniseri di tivi, si adik sibuk dengan xboxnya, dan si kakak sibuk dengan laptop, ipod, dan telepon berisi gosip dari teman-temannya. Itulah yang sehari-hari dilakukan sehingga tegur sapa, diskusi, bahkan saling tanya kabar pun jarang terjadi di keluarga mereka. Semuanya menjadi asing satu sama lain, bahkan anak mereka merasa aneh dan canggung ketika harus berinteraksi dengan orangtua ataupun adik mereka. Bahkan si ibu pun menyuruh anakknya untuk mencuci pakaian atau mengambilkan dia segelas minuman lewat sms, hanya karena dia tidak mau meninggalkan laptopnya. Singkatnya adalah mereka seperti tidak mengenal siapa keluarga mereka, siapa anak mereka, siapa orangtua mereka. Keterasingan di rumah sendiri. Sungguh aneh!<br /><br />Mari bertanya sejenak? Apakah kondisi di rumahku sama seperti apa yang aku lihat di layar tivi sana? Aku dengan sangat yakin menjawab ”YES”. Rumahku tidak lebih dari rumah singgah biasa. Sebuah tempat dimana saya tidur, makan, belajar, dan berbagai macam hal lain yang bisa saya lakukan di rumah ini. Tapi beberapa tahun ini saya merasa bahwa saya hidup sendiri di rumah ini. Tidak ada lagi interaksi yang aku rasakan dulu sewaktu kecil. Tidak ada lagi kumpul-kumpul keluarga dan berbincang tentang sesuatu hal. Kondisi di sekolah, tempat kerja, atau lingkungan sekitar. Bapak, ibu, aku dan Indra sibuk dengan berbagai macam kegiatan yang membuat kami sering tidak berinteraksi satu sama lain.Paling-paling hanya ada tegur sapa selamat pagi atau selamat sore plus satu pelukan hangat. Itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang.<br /><br />Situasi ini membuatku merasa canggung dengan orang-orang yang ada di rumah. Aku merasa aneh ketika berbincang dengan adikku, aku merasa sering emosi ketika berbicara dengan ibuku, ataupun aku hanya diam saja membiarkan bapakku sibuk dengan pekerjaannya sendiri, padahal aku tahu bahwa beliau adalah orang yang sangat asik kalo diajak ngobrol. Pernah aku mengetahui bahwa adikku ternyata sedang sakit dari status yang dia pasang di facebook. Ironi sekali bukan. Satu rumah. Satu atap. Kamar cuma sebelahan tapi aku tau kondisi anggota keluargaku dari situs jejaring sosial. Situasi ini beberapa kali aku keluhkan pada tante atau om ku, beberapa kali pula aku mendapatkan jawaban bahwa situasi ini tidak mungkin dirubah karena kondisilah yang memaksa kita menjadi keluarga yang seperti ini. Tapi ternyata acara di tivi itu menyadarkanku bahwa kita sama sekali tidak boleh menyerah kalah dengan keadaan, kitalah yang seharusnya menjadi penguasa bagi keadaan kita. Hakekatnya adalah ketika kita bertemu dengan sebuah keadaan yang kadang tidak mengenakkan, kitalah yang mempunyai pilihan untuk bisa berbuat sesuatu dalam keadaan seperti itu, bukan keadaan yang memaksa kita untuk menjadi tidak berdaya.<br /><br />Aku tidak bisa menyalahkan bahwa kami memang punya kesibukan masing-masing. Bapak masih nglaju Jogja-Purworejo untuk mengajar. Indra juga kuliah, pacaran dan punya kesibukan dengan klub motornya. Sedangkan, ibu sekarang sedang sekolah di Jakarta, jadinya hanya punya waktu sekitar 4 hari di Jogja dengan waktu di rumah mungkin kurang dari 12 jam untuk berinteraksi dengan kami. Aku dari kemarin banyak menuntut ibu untuk tidak terlalu sibuk dan memperhatikan anak-anaknya. Keluh kesah yang keluar dari mulutku karena sedari kecil aku selalu ditinggal oleh ibuku dan merasa tidak diperhatikan. Begitu pula dengan adikku. Malahan adikku melewati fase pergolakan yang lebih berdinamika daripada aku, sehingga dulu hampir membuat ibu dan bapakk stres. Aku terlalu fokus menuntut pada orang lain sehingga lupa untuk menuntut diri sendiri. Padahal dari dulu aku selalu berprinsip bahwa bukan orang lain yang bisa kamu kendalikan tapi yang bisa kendalikan hanyalah kamu sendiri. Aku lupa kalau aku terlalu sering menggerutu terhadap keadaan yang aku alami selama ini. Aku lupa kalau aku seharusnya bisa membuat keluargaku ini menjadi lebih kompak lagi. Saling memperhatikan, saling menghargai, saling bertanya kabar, dan beragam “saling” yang lain yang menunjukkan adanya suatu interaksi yang berkelanjutan sebagai sebuah keluarga. <br /><br />Aku rindu untuk berkumpul dengan mereka. Bahkan sekedar ngobrol bersama di meja makan pun sudah cukup untukku. Aku rindu dengan pelukan hangat dari bapakku. Aku rindu dengan ciuman sayang dari ibuku. Aku rindu maen bilyard dengan adiku. Aku rindu dengan semua itu. Tapi apakah aku hanya akan meninggalkan ini dalam kerinduan semata tanpa berbuat apa-apa?<br /><br />Aku tidak terlalu muluk untuk bisa memperbaiki keadaan ini dengan kemajuan yang signifikan. Tapi paling tidak aku sadar bahwa aku masih punya keluarga yang perlu diperhatikan. Hidup bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan untuk orang-orang di sekitarmu. Mari menyadari dan berubah bersama!<br /><br />Refleksi: coba tanyakan pada diri kalian sendiri, bagaimana kondisi keluarga kalian dan apa yang sudah kalian lakukan untuk keluargamu.</div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-17729063115108810332010-04-24T22:10:00.000-07:002010-04-24T22:32:27.048-07:00Nyinyir!<div style="text-align: justify;">Membaca judul di atas pasti anda akan langsung berimajinasi tentang perilaku seseorang yang menyindir perilaku orang lain yang menurut pandangannya tidak pantas untuk dilakukan. Mungkin ada pernah berhadapan dengan orang-orang dengan perilaku nyinyir baik di tempat anda kerja, tempat anda sekolah, pada saat arisan kampung, bahkan pada saat anda ke gereja pun, anda bisa jadi korban perilaku nyinyir orang lain. Atau jangan-jangan anda memang tidak pernah jadi korban karena anda lebih sering berperan sebagai pelaku utama?<br /><br />Kenapa saya mengambil topik ini sebagai topik cerita saya malam ini? Tidak lain dan tidak bukan karena saya baru saja bersentuhan dengan perilaku ini. Kali ini bukan menjadi korban, tetapi sebagai pelaku utama. Gundul tenan. Yang paling aneh adalah korban saya kali ini bukanlah orang dewasa yang serta merta bertingkah laku ganjil, tidak pantas, atau pernah merugikan saya baik secara moril maupun materiil. Tapi korban saya kali ini adalah seorang anak kecil yang semenjak dia bayi sudah tinggal di rumah saya. Ya, dia adalah ALIF. Seorang anak hasil pergumulan tubuh antara Samsudin dan Lestari yang sehari-hari bekerja membantu kami di rumah. Kenapa juga bisa anak sekecil itu jadi korban kelakuan emosionalku yang sangat tidak beralasan siang itu? Entah juga.<br /><br />Kejadian yang bagi saya merupakan anomali perilaku ini terjadi siang tadi. Bayangkan saja settingnya ada di rumah yang baru saja selesai direnovasi, ada pintu depan yang langsung berhubungan dengan garasi, lalu ada sofa tempat yang biasanya dipake buat nerima tamu tapi kalau malem saya sulap jadi gudang iler, terus ada sofa malas di depan tivi, ada tivi yang sedang menyala dan menampilkan adegan anak-anak. Si objek penderita sedang memegang remote dan menonton acara anak-anak tersebut. Sedangkan saya yang kali ini berperan sebagai subyek penyiksa baru saja bangun tidur. (Malas sekali saya ini). Lalu saya pun, berjalan keluar masih dengan mata mengantuk, ke arah meja makan, membuka tudung saji, dan melihat menu makanan yang ada di sana. Selera makan tidak begitu bagus siang tadi, tapi karena baru makan bubur kacang ijo tadi pagi, akhirnya saya mengambil nasi dan makan makanan yang ada di meja makan.<br /><br />Saya menuju ke arah tivi, duduk di sana, dan mulai menikmati acara tivi yang disetel oleh Alif. Sambil menikmati makanan, saya pun berpikir tentang obrolan saya dengan Neni beberapa saat yang lalu tentang hamster, lalu serta merta saya menanyakan pada Alif ”Lif, hamstermu kae isih thok openi ra?” Dia pun menjawab ”Embuh, takon wae bapakku mas.” Entah kenapa mendengar jawaban Alif seperti itu, aku menjadi naik darah seketika. Langsung saja beberapa kalimat bernada menyindir saya lontarkan kepadanya, dengan intonasi yang cukup pedas. Mulai dari kenapa dia nggak merawat hamsternya sampai kalimat-kalimat bernada nggak enak lainnya yang spontan keluar dari mulut saya. Apalagi pada saat dia bilang ”Nek kelinci mesti tak pelihara mas” Aku cuma bilang satu kalimat ke dia ”Halah paling-paling yo mati meneh, kono melihara barong sai wae!”<br /><br />Ya ampun, sampai malam ini aku menuliskan ini, aku masih nggak percaya bahwa aku bisa berkata dan merespon kelakuan Alif sampai sebegitu parahnya. Padahal dia itu masih kelas 2 SD dan nggak tahu apa yang dia lakukan. Gila. Parah juga menurutku. Mungkin karena hamster itu khusus aku belikan buat dia di pasar Ngasem. Dia kan beberapa waktu yang lalu kesengsem banget sama yang namanya hamster, jadinya aku berinisiatif untuk membeli sepasang hamster. Nggak mahal juga sih harganya, Cuma 15 ribu. Makanya aku jadi bingung kenapa kok aku bisa jadi sebegitu nyinyirnya dengan si Alif.<br /><br />Aku mencoba menelaah apa yang terjadi dengan pikiran dan perasaanku siang tadi. Begitu mendengar bahwa dia nggak lagi ngurusin hamsternya adalah jerih payahku nggak dihargai oleh Alif. Padahal aku sudah dengan tulus hati dan niat yang ikhlas membelikan dia hamster itu karena aku tau dia pasti akan suka dengan itu. Tapi begitu mendengar bahwa apa yang lakukan ternyata tidak direspon dengan sesuatu yang aku harapkan akan terjadi. Aku menjadi teriritasi dan panas mendadak, walaupun hal itu dilakukan oleh seorang anak kecil yang tidak tahu apa yang dia perbuat itu. Aku jadi berpikir, apakah ketika kita sudah berniat dengan tulus dan ikhlas tapi tidak mendapatkan atau melihat apa yang kita harapkan terjadi dengan pemberian kita, kita pantas untuk marah? Lha kalau kamu masih merasa bahwa kamu pantas untuk marah, ya berarti kamu nggak ikhlas dengan apa yang kamu berikan. Di sisi satunya kamu berkata bahwa kamu dengan rela hati memberi, tapi di sisi satunya lagi kamu masih berpamrih untuk apa yang kamu berikan. Yah, nggak seharusnya juga sih aku berpikiran seperti itu.<br /><br />Tapi kejadian ini lalu mengingatkanku dengan keberingasan perilaku yang pernah aku miliki beberapa tahun lalu. Mungkin seharusnya orang-orang yang bersinggungan langsung dengan perilakuku pada saat itu, bisa saja menyindirku habis-habisan atas apa yang telah aku lakukan. Nyatanya aku juga tidak mendapatkan sesuatu yang bikin telinga gatal dan membuat aku harus pergi karena tidak tahan dengan omongan orang-orang itu. Ya, ibu dan bapakku adalah orang paling sabar. Mereka telah berhasil menahan diri sedemikian rupa untuk tidak marah besar kepada anaknya yang paling kurang ajar macam aku ini.<br /><br />Banyak hal yang seharusnya bisa membuat mereka membabi buta melancarkan omongan-omongan pedas kepadaku. Misalnya saja dulu pas aku patah kaki, aku sengaja dibelikan tempat tidur yang tinggi oleh ibuku, karena beliau beranggapan bahwa tempat tidur yang tinggi akan memudahkan aku untuk bangun dan berdiri akibat keterbatasan gerakku. Tapi apa yang aku lakukan, seketika itu juga aku langsung marah besar pada ibuku karena tanpa ijin mengganti tempat tidur kesayanganku dengan tempat tidur itu. Aku pada saat itu sama sekali tidak tahu alasan ibuku membelikanku tempat tidur itu. Lainnya, saat bapakku memberikan hadiah ulang tahun berupa jam tangan dan sepatu sandal, kedua benda yang menunjukkan rasa sayang mereka pun sangat jarang aku pakai. Pernah mereka pada suatu hari bertanya kepadaku ”Win, kok sepatu sandalnya nggak pernah dipakai?” Dengan beribu jawaban ngeles tingkat tinggi aku pun mengatakan bahwa sepatu sandal itu rutin saya pakai, padahal ya itu cuma salah satu alasan yang muncul biar nggak ketahuan kalau aku nggak suka dengan model sepatu sandal itu. Ada banyak hal lain yang, mungkin saking banyaknya, aku jadi lupa bahwa aku juga telah mengecewakan kedua orang tuaku beribu-ribu kali. Jadi menyesal ketika aku mengingatnya!<br /><br />Dari secuplik pengalaman dengan Alif tadi siang aku bisa menarik pengalaman yang begitu berharga. Bahwa dalama hari setiap orang pasti ada rasa ingin dihargai, ingin dihormati keberadaannya oleh orang lain, dan bermacam-macam keinginan yang bisa muncul ketika melakukan interaksi. Dan ketika orang lain tersebut tidak bisa melakukan apa yang kita harapkan dia akan lakukan, tentu akan menjadi sangat wajar ketika kita kecewa. Dalam kasus ini adalah walaupun tiap orang secara rela hati memberikan apa yang dia miliki pada orang lain dan membebaskan orang lain untuk memanfaatkan pemberiannya dengan sesuka hati, pasti ada seonggok harapan kecil di dalam hari bahwa apa yang dia beri akan berguna dalam hidupnya dan dia akan mengucapkan rasa terima kasih kepada yang memberi.<br /><br />Ya, rasa terima kasih itulah pangkal dari semua permasalahan yang aku hadapi tadi siang. Aku merasa kalau Alif tidak berterima kasih terhadap hamster pemberianku. Rasa terima kasih tidaklah cukup hanya muncul di bibir saja, tetapi lebih daripada itu. Rasa terima kasih haruslah mampu diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Tanpa ada tindakan yang nyata maka ucapan terima kasih yang sudah terucap lewat bibir hanya akan terlewat belaka tanpa ada makna. Tanpa ada tindakan nyata maka secara tidak langsung kamu sudah menyianyiakan kasih orang lain kepadamu. Tanpa ada tindakan nyata berarti kamu telah menutup pintumu untuk menerima kasih-kasih dari orang lain di masa depan.<br /><br />Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa penghargaan kita pada orang lain yang telah mengasihi kita, salah satunya adalah dengan membuat orang sadar bahwa kehadirannya, baik itu lewat perbuatan, perkataan, pemberian, berarti buat hidup kita seberapapun itu kecilnya. Hanya dengan cara itulah, orang lain bisa merasa dihargai keberadaannya.<br /><br />Maka dari itu, jangan pernah marah ketika pemberianmu dicampakkan, tetapi jangan pernah kamu mencampakkan apa yang telah orang lain berikan kepadamu!<br /><br />”Hargailah orang-orang yang menyayangimu, yang selalu ada, setia di sisimu. Siapapun jangan kau pernah sakiti dalam pencarian jati dirimu” (OST Sang Pemimpi)</div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-13695754624990229962010-04-24T22:07:00.000-07:002010-04-24T22:32:55.088-07:00Hidup Kembali<div style="text-align: justify;">Setelah sekian lama blog ini tidak saya isi. Sekarang saya kembali dengan isi otak saya yang baru, nggak baru-baru banget sih, tapi paling enggak akan ada banyak hal baru yang saya kritisi.<br /><br />Nggak akan nulis panjang-panjang nanti ada alasan nggak sempet nulis gara-gara nggak kebiasa nulis postingan pendek. Aahhh..emang dasarnya males aja!<br /><br />Semoga bisa menikmati. Mari bersama belajar dan berkembang!</div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-57388292345867197922009-08-08T04:02:00.000-07:002009-08-08T04:06:56.125-07:00(Akhirnya) Berasa Jadi Seorang Kakak<p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Perasaan ini belum lama hinggap dalam hati. Sebuah rasa yang sepertinya baru kedua kali ini saya rasakan. Dulu sih pernah merasakan yang seperti ini tapi tampaknya tidak terlalu berkesan sehingga tidak membekas dalam benak saya. Kejadian ini baru terjadi kemarin malam, walau stimulusnya sudah saya rasakan sejak beberapa minggu ini. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Beberapa malam lalu, saya sedang sibuk sendiri di kamar, mencoba untuk mencari informasi yang cukup berharga untuk dimasukkan ke dalam otak. Di dalam penelurusuran lewat dunia maya, akhirnya saya menemukan artikel yang cukup berguna dalam misi saya sebagai orang yang berwawasan luas. Situasi kala itu memang terbilang cukup sepi daripada hari-hari sebelumnya. Ini dikarenakan pancuran yang ada di kolam depan kamar mendadak macet, alhasil suasana malam yang biasanya diramaikan oleh gemericik air, harus rela ditemani hening yang menyeruak menabuh sesunyian. Bola mataku tiba-tiba melirik ke arah luar, pintu kamarku memang sengaja kubiarkan terbuka karena tidak ada orang di rumah, takut kalo ada tamu yang tidak diundang masuk. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Sekelabat bayangan lewat depan kamarku, ah aku pikir siapa, toh juga tidak ada orang di rumah, begitu pikirku. Aku tidak pernah berpikir tentang segala sesuatu yang aneh dan tidak bisa dimasukkan dalam nalar pikirku. <span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Bagiku cukup melelahkan kalau harus bergumul dengan hal-hal seperti itu. Baru saja sempat berpikir, pintu kamarku sudah tergeser oleh sebuah tangan yang mendadak muncul disana. “sreeekkk....” dengan mengendap, mungkin takut dipergoki orang, sosok itu segera duduk di depan meja belajarku, sedangkan aku yang sedang bersandar di tepian tempat tidur hanya bisa tertegun.”Ah, itu adikku, ada apa dia di kamarku?” aku membatin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Dia bersila di sana, menghela nafas sebentar, dan mulai mengeluarkan sepatah kata pembuka “Mas, aku meh cerito”. Jantungku mendadak langsung berdetak kencang, entah apa yang terjadi padaku saat itu, aku merasakan sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Ada orang yang selama ini tinggal bersama denganku, sekarang duduk di depanku, dan mau bercerita, harusnya ini bukan merupakan hal yang aneh dan luar biasa. Tapi bagiku saat itu, ini adalah yang kejadian yang melebihi luar biasa, aku nggak tahu apakah ada kata-kata yang bisa menggambarkan. Ya, saya terlalu gembira mungkin saat itu! <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Aku menegakkan posisi dudukku dan berbicara “Piye...piye..ono opo le?” </span>Lalu dia pun mulai bercerita panjang lebar tentang masalah yang sedang dialami dengan pacarnya. Aku pun menyimak setiap perkataan yang terucap dari mulutnya berusaha merangkai dan membayangkan berbagai macam kejadian yang ada. Menyusunnya sehingga menjadi sebuah cerita yang utuh dan tentu saja bisa saya beri respon yang sesuai dengan harapannya. Sekitar 20 menit kami saling berdiskusi tentang apa yang harus dia lakukan selanjutnya, mungkin tidak ada solusi yang cukup bagus untuk masalahnya tersebut, tapi paling tidak aku sudah berusaha sebisaku. <span lang="NL" style="mso-ansi-language:NL">Dia pun beranjak dari tempat duduknya, masih dengan muka bingung. Aku hanya tertegun di sini, menahan agar tidak terlalu terlihat gembira. </span>Padahal semua organ tubuhku mungkin sudah mengalami reaksi yang berlebihan gara-gara kejadian barusan. Ya, adikku curhat. Adikku curhat denganku. Wow!</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">-----ii-----</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Mungkin bagi kalian apa yang saya ceritakan barusan tidaklah terlalu menarik untuk disimak. Tapi bagi saya yang sepanjang hidup di dunia ini tidak pernah merasakan kehadiran seorang saudara di dalam hati. Hal ini menjadi sebuah keajaiban yang tidak pernah bisa terkatakan.Ya, saya memang dilahirkan dalam sebuah keluarga yang damai, tidak pernah ada ribut-ribut yang berarti, sangat damai, bahkan boleh dibilang seharusnya saya tidak mempunyai komplain apapun terhadap kondisi ini. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Tapi kehangatan sebuah keluarga tidak pernah saya rasakan sampai umur saya menginjak 20 tahun. Entah apa yang terjadi di umur itu, segalanya tampak begitu baik di mata saya. Semuanya tampak berbalik 180 derajat. Segala yang menjadi ideologi saya di umur-umur sebelumnya tampak begitu buruk dan tidak berarti. Sebuah antiklimaks dari keyakinan yang selama ini saya perjuangkan. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> banyak hal yang selama ini hidup dalam pikiran saya ter<span lang="NL" style="mso-ansi-language:NL">nyata berdampak buruk bagi orang-orang di sekeliling saya. Satu hal yang membikin saya merasa jauh dari keluarga adalah sikap yang terlalu egois. Sikap ini membuat saya menjadi orang yang apatis dan tidak mau peduli dengan lingkungan. Lebih lanjut lagi, sikap ini membuatku menjadi seseorang yang tidak peka. Alhasil, saya jadi tidak pernah memperhatikan orang lain. Suatu efek domino yang dihasilkan dari sebuah sikap yang dibangun semenjak muda. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Ya, saya baru menyadari bahwa sikap ini merupakan sikap yang salah baru ketika saya berumur 20 tahun. Saya lupa kejadian apa yang menyebabkan saya tersadar akan kesalahan yang sudah saya buat selama ini. Lupa akan titik baliknya. Tapi kesadaran yang bisa dibilang terlambat ini membuahkan efek yang luar biasa dalam hidup saya. Lambat laun saya menjadi orang yang sangat tenang, mulai suka memperhatikan orang lain, bertambah bijak, dan bisa mengendalikan diri saya sedemikian rupa. Walaupun terkadang, saya masih sering lepas kontrol ketika saya sedang malas mengendalikan diri. Tidak bisa dijadikan pembenaran juga sebetulnya. Perubahan demi perubahan baik yang saya alami ini secara tidak langsung membuat saya peka terhadap keadaan lingkungan, terlebih lingkungan rumah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Ibu dan bapak saya adalah dua orang teladan yang sangat saya kagumi. Mereka tidak menggurui saya dengan berbagai macam kata-kata bijak yang membuat saya muak. Mereka mengajar saya dengan hal yang paling sederhana, ya mereka MELAKUKAN hal-hal baik di depan saya. Dulu sih, aku tidak terlalu sadar apa yang mereka selalu lakukan. Akhirnya (mungkin) karena aku terlalu tidak peduli, mereka pun ngomong blak-blakan tentang apa yang selama ini mereka lihat tentang saya. <span lang="NL" style="mso-ansi-language:NL">Sejak itu, aku terus berpikir tentang apa yang mereka katakan. Dan aku membenarkan segala yang mereka katakan tentangku. Ya, inilah sebuah proses yang memang harus kujalani. Mungkin kehidupan 20 tahun itu adalah cermin yang harus aku lihat setiap saat sehingga aku tidak kembali ke kesalahan yang sama. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Perubahan-perubahan itulah yang akhirnya menggiring perasaan saya untuk bisa menjadi kakak yang baik bagi adikku satu-satunya. </span>Sekarang dia sudah kuliah tahun kedua, saya tidak pernah ngobrol dengan dia sebelum malam itu. Entahlah, dulu ada ego yang sangat besar dari diriku. Bahkan untuk sekedar menyapa pun enggan, kami seperti hidup di dalam dunia sendiri-sendiri. Makanya kehidupan di rumah menjadi sangat dingin, tidak pernah ada gelak tawa yang selalu tiap malam aku impikan. <span lang="NL" style="mso-ansi-language:NL">Ya, aku lama kelamaan tersadar bahwa kondisi itu tidak akan terjadi dengan sendirinya. Harus ada yang memulai untuk melakukan perubahan dalam situasi yang kalau dibiarkan menjadi semakin mengacaukan. Ego yang semakin bisa dikendalikan memungkinkan saya untuk bisa melakukan manuver-manuver jitu di rumah. Berkat bantuan Tuhan, kondisi rumah selama setahun ini sangat baik dan saudara-saudara yang berkunjung pun merasakan hal yang berbeda. Dulunya kami berdua tidak begitu akrab dengan bapak-ibu, sekarang kami berdua akrab dan kami juga akrab dengan bapak-ibu. Pergolakan yang selama ini terjadi tampaknyan tidak terbuang percuma. Tapi terendap menjadi pelajaran berharga bagaimana mengarungi kehidupan sebagai sebuah keluarga. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Sebenarnya, stimulus untuk menjadi seorang kakak yang baik sudah ada sejak saya dekat dengan Pipin. Ya, Pipin adalah tipe adik yang baik, yang sangat perhatian dengan kakakknya (aku.red). Karena dia seorang perempuan dan aku tidak pernah punya adik perempuan, maka kerinduan-kerinduan untuk menjadi seorang kakak yang melindungi, bijak, dan selalu ada bila adiknya ada kesulitan pun muncul di benakku. Entah, mungkin orang ini malaikat kiriman Tuhan yang sengaja didatangkan untuk merubah hidupku yang buruk menjadi lebih baik dan bermakna bagi orang lain. Dari dia jugalah aku belajar untuk sabar, mau memperhatikan orang lain, dan berbagai macam hal baik yang dia perlihatkan kepadaku. Semakin aku dekat dengan dia, mungkin akan banyak hal buruk dalam diriku yang enyah tak berbekas. Dia juga satu-satunya orang yang bisa menenangkanku ketika aku sedang gelisah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Aku malu karena begitu banyak hal baik yang dia berikan kepadaku. Tapi aku tidak pernah sekalipun bisa memberikan kebaikan kepadanya. Ah, ironis sekali. </span>Aku tidak tau juga apa yang bisa kuperbuat untuk membalas Pipin. Tapi paling tidak di dalam hatiku, aku sudah membulatkan sebuah tekad kuat. Aku mau menjadi seorang “Pipin” bagi adikku. Ya, aku hanya ingin belajar bagaimana menjadi seorang kakak yang baik. </p>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-66021323928670961832009-08-05T07:17:00.000-07:002009-08-05T07:26:15.892-07:00Apakah takut ber-Tuhan?<p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Pagi ini masih liburan semester. Rasa malas belum mau beranjak dari pikiran. Dan parahnya lagi aku tidak bisa mengeyahkan itu, membuangnya, kemudian melakukan hal yang lebih berguna. Padahal di meja belajarku ada bermacam-macam buku yang belum sempat aku baca, ada buku EKG, ada kumpulan koran yang sengaja aku pilih untuk kubaca-baca lagi. Aku pingin menjadi orang yang segala tahu, maksudnya bukan untuk sombong bahwa aku ingin tahu semua hal di dunia ini. Sebuah keinginan yang sangat tidak mungkin terkait dengan keterbatasanku sebagai seorang manusia. Yah, paling tidak aku menjadi orang yang berwawasan luas yang bisa diajak ngobrol tentang apapun dan yang paling aku harapkan adalah aku bisa menceritakan kepada orang lain hal-hal yang pernah aku baca atau aku lihat. Ya, hanya semangat untuk berbagilah yang mendasari itu semua. Tidak ada maksud lain, tidak ada sesuatu yang terselubung. Tampaknya aku harus memperkuat niatku ini. Aku yakin aku mampu ketika aku mau. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Pagi ini akhirnya aku membuka facebook setelah sekian lama aku memendam diri untuk tidak membuka situs pertemanan itu. Ya, semakin lama tidak ada aktivitas yang cukup dinamis untuk bisa meningkatkan warna-warni harimu. Hanya seperti itu saja, komen-komenan, maen games, dan semakin lama makin membosankan karena tidak ada yang bisa dilakukan lebih daripada itu. Akhrinya, seminggu ini saya berusaha untuk tidak membuka facebook, ternyata tidak cukup hebat untuk bisa mencandui saya. Di facebook saya bertemu dengan adik yang sangat saya sayangi, yaitu si Pipin. Seorang wanita, adik kelas, yang telah berhasil “menobatkan” saya walau hanya sedikit, tapi paling tidak saya bertobat sedikit daripada tidak sama sekali. Semenjak dekat dengan dia, saya menjadi “agak lebih” rajin berdoa. Walaupun masih bolong-bolong juga, tapi paling tidak saya mempunya kerinduan untuk dekat dengan Tuhan. Sebuah resolusi yang bahkan tidak pernah saya cantumkan di daftar kertas saya untuk tahun ini. Entahlah mungkin Tuhan mengirimnya untuk memberi tahu aku bahwa aku sudah harus kembali pada-Nya. Pipin yang sangat “suci” ,menurut penilaianku, paling tidak berhasil mempengaruhiku secara tidak langsung untuk rajin berdoa, karena kalau ketemu dia pasti bawaannya ngajak berdoa bersama. Apa boleh buat saya ikut saja apa yang dia mau. Toh setelah dijalani selama ini, ternyata berdoa yang dulu adalah aktivitas yang membosankan, akhir-akhir ini menjadi aktivitas yang cukup menyenangkan, (lagi-lagi) paling tidak sudah ada dorongan yang cukup kuat di otak saya untuk bisa berdoa dan ingat Tuhan setiap saat. Memang sih, tidak bisa dipungkiri bahwa kadang otak tidak bisa cukup kuat untuk mempengaruhi seluruh pergerakan tubuhku ini. Jadi sering, keinginan itu hanya <i style="mso-bidi-font-style:normal">ndongkrok</i> di pikiran tanpa pernah terealisasi. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Kembali soal hari ini, dalam chattingan yang melibatkan saya dan Pipin, tiba-tiba dia mengajak saya untuk ikut dalam komsel. “Emang komsel apaan pin?” saya bertanya dengan sedikit heran. “KTM alias Komunitas Tri Tunggal Mahakudus mas”. Walah..pikiran saya pun langsung tidak sanggup lagi untuk berpikir, mau direset berulang kali pun kayanya nggak bisa lagi, kalo ibaratnya maen PS mending diremukke wae PS-nya, njuk beli X-box. Entah apa yang terjadi dengan saya ketika Pipin mengajak saya untuk bergabung ke komunitas itu. <span lang="NL" style="mso-ansi-language:NL">Ada beban berat yang langsung menindih pundakku ketika mendengar nama komunitas. Bayangku pun menerawang dan berusaha untuk mereka-reka apa yang akan aku alami di sana. Pendalaman kitab suci, sharing iman, dan diskusi-diskusi yang pasti akan sangat membuat aku “ketakutan”. Ya, ketakutan yang tidak beralasan mungkin, karena toh aku belum pernah mencoba mengikuti. Ketakutan ini muncul karena aku menganggap diriku tidak pantas berada di sana, berbaur dengan orang-orang yang sudah ahli dalam hal-hal ke-Tuhan-an atau paling tidak mempunyai pengalaman bergumul dengan Tuhan. Sedangkan aku sendiri adalah anak muda yang sangat sering bercengkrama dengan setan dalam berbagai macam kegiatannya. Masih pantaskah aku untuk berada di tengah-tengah orang seperti mereka? Ya, ada banyak ketakutan yang membuncah mendadak di pikiran tidak bisa ditanggulangi lagi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Aku pernah merasakan perasaan yang sama pada saat aku akan masuk kedokteran. Saat itu aku bercerita dengan ibu salah seorang temanku, bahwa aku menjadi sangat takut karena pasti di kedokteran akan ada banyak orang-orang pintar yang tidak mampu aku saingi. Ya, aku saat itu memang tidak tertarik untuk masuk ke kedokteran, semuanya terjadi karena memang sudah takdir yang menginginkan itu terjadi. Jadi aku sama sekali tidak punya bekal yang cukup untuk bisa bertahan di sana. Tapi, sampai saat ini aku masih bertahan sebagai mahasiswa tingkat 4 di jurusan itu, sebuah prestasi yang bagiku sangat membanggakan, aku tidak harus keluar dan mencari jurusan lain selain jurusan yang telah dipilihkan “ALAM” kepadaku. Situasi inilah yang terjadi lagi pagi hari ini, sudah kalah perang padahal aku belum maju ke medan perang itu. Aku selalu membayangkan bahwa aku akan mengalami kesulitan yang besar ketika aku berada di situasi yang aku bayangkan tidak bisa aku kuasai. Ya, mungkin memang akan ada kesulitan yang akan aku temui, tapi toh Tuhan sendiri bicara bahwa Dia tidak akan memberikan cobaan yang tidak akan bisa kita tangani. Dengan kata lain, kita pasti lebih kuat dan lebih hebat dari segala macam kesulitan yang akan kita hadapi. Cuma mungkin dunia mendidik kita bagaimana kita menyadari bahwa kita kuat dengan memberikan cobaan atau kesulitan yang memang harus kita lewati. Aku sadar bahwa kalau aku terus menerus terjebak pada pikiranku sendiri dan menjadi orang yang tidak berani mengambil risiko untuk kemajuan pribadi, tentu aku akan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Terjebak dalam kenyamanan semu yang mungkin malah membuatmu berjalan di tempat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="NL" style="mso-ansi-language: NL">Ya, pengalaman hari ini mengajarkanku bahwa aku tidak boleh takut menghadapi apapun yang ada di dunia karena aku yakin bahwa Tuhan akan selalu memampukan manusia dalam melewati setiap kesulitan yang akan menerpa. Seberat apapun itu, sekeras apapun itu, pasti aku akan bisa melewatinya. Tuhan selalu ada di sampingku ketika aku jatuh, untuk menarik kedua tanganku, Tuhan akan ada di belakangku untuk mendorongku maju ke depan, dan tentu saja Tuhan akan berada di depan untuk menuntun dan menunjukkan jalan yang benar kepada kita. </span>So, jangan pernah takut akan apapun, takutlah pada satu hal:<span class="Apple-style-span" style="color:#FF0000;"> TUHAN. </span></p>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-27797776368420356832008-12-08T01:33:00.000-08:002008-12-08T01:39:04.920-08:00Peluk<div align="justify"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtYp2BRbKk-5rKOBtXMtJ-h8C9xEkVlYabWc6uJc9uJgXskNZl0OoENMNcNis2nhtwjA_4975EuViSdNK07JYdKtP3mRqyp3B8n6Nv_ys9lfZBw5WQyXtvLg0S3EtSNCPlw2buzz0yQpVK/s1600-h/draft_lens1710830module6288629photo_Hug_Cartoon_2.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5277351232801493970" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 128px; CURSOR: hand; HEIGHT: 99px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtYp2BRbKk-5rKOBtXMtJ-h8C9xEkVlYabWc6uJc9uJgXskNZl0OoENMNcNis2nhtwjA_4975EuViSdNK07JYdKtP3mRqyp3B8n6Nv_ys9lfZBw5WQyXtvLg0S3EtSNCPlw2buzz0yQpVK/s320/draft_lens1710830module6288629photo_Hug_Cartoon_2.jpg" border="0" /></a>Kata-kata inilah yang paling sering kau tuliskan di bawah deretan kata dunia mayamu. Entah apakah kau memang haus dekapan atau kau menyediakan orang lain untuk bisa bersandar di pundakmu. Aku sendiri masih tidak tahu sampai saat ini. Terakhir kali kau berkirim kabar denganku tidak ada kata itu di tempat biasanya. Mungkin kau terlupa atau sudah tidak menganggap itu hal penting lagi untuk diketahui. Padahal deret kata yang lain masih menyisakan secuplik kata itu di epilog.<br /><br />Kau selalu berkata padaku bahwa peluk berarti bahagia karena kita seperti membagi beban diri kita kepada orang lain. Dan kau selama ini selalu melakukan itu setiap kali kau berkeluh kesah. Ya, hanya sekedar genggam erat yang terjadi. Tapi bagimu, dekap itu adalah hal paling berharga yang bisa dilakukan. Aku masih ingat ketika bulan purnama melihat kita berpeluk saling melegakan di hamparan tanah lapang itu. Peluk yang membuat kita berkata bahwa tidak mau kehilangan satu sama lain.<br /><br />Aku mendadak menjadi orang linglung semenjak saat itu. Seperti orang yang tak tentu arah. Berjalan berdasarkan naluri yang terkadang malah menjerumuskan ke jurang penuh nista. Aku tidak berharap semua akan begitu kacau seperti ini. Selama ini memang aku yang berbuat gara-gara. Merusak apa yang sudah terbangun dengan rapi. Menghancurkan harapan yang membuat orang lain mungkin akan depresi berhari-hari ketika mengalaminya.<br /><br />Aku berusaha melakukan yang terbaik untuk memperbaiki semuanya. Kekacauan yang sudah kubuat. Pilihan yang harus diambil. Ketegaanku menghempaskanmu dari selubuk ruang hatiku. Oh aku lupa. Kau tidak mungkin terhempas kecuali kau melakukannya sendiri. Seperti bisma yang tidak akan pernah mati kecuali dia yang menghendaki. Begitulah diriku, tidak mungkin akan meninggalkan engkau pergi begitu saja. Kau mungkin yang akan perlahan demi perlahan membalikkan badan sembari berjalan menjauh.<br /><br />Aku tidak pernah mengganggap engkau seperti layang-layang yang dengan mudah terbang melayang tinggi ke angkasa. Tapi bisa seenaknya kutarik dan kukendalikan sesuka hatiku. Aku suka melihatmu menawarkan dunia dengan segudang pengalaman dan pemikiran yang ada di dalammu. Dunia yang berusaha direkam dalam tiap lubuk bercampur kegirangan.<br /><br />Aku lebih suka melihatmu terbang bebas layaknya burung merpati. Mengepak sayap tanpa kenal lelah. Jelajahi sudut-sudut kota yang penuh keramaian. Melesat cepat kalau kau tidak melihat ada sesuatu yang mengharuskan engkau untuk terlibat. Tapi mendadak berhenti ketika ada amarah yang membumbung memberi tanda ke angkasa. Menunduk kepala seraya menajamkan indra untuk menilik lebih jelas apa yang terjadi. Apapun yang terjadi, kau akan tetap berkompromi dengan tujuanmu. Berhenti sejenak di sana. Menawarkan biduk perdamaian dan ketenangan. Perantara dua makhluk yang bertikai. Kalaupun kau tidak bisa memberikan damai di sana. Kau akan mengajak salah satu pihak yang kalah untuk pergi beranjak sebentar dan mendengar keluh kesah yang keluar dari mulutnya. Elusan sayap di punggung, kicau penyejuk, ataupun hanya cicit kecil dari paruhmu, sudah cukup membuat orang lain bisa berdiri tegak kembali. Menuai hidup yang penuh tantangan dengan penuh harapan.<br /><br />Inilah yang sanggup aku lakukan saat ini. Hanya mengingat apa yang tersisa darimu. Engkau yang sekarang pergi entah kemana. Terakhir kali kau bilang kalau kau tidak mau lagi tergantung denganku. Aku sadar bahwa aku tidak terlalu baik untuk dijadikan tempat bergantung. Aku terlalu rapuh untukmu bergelanyut. Apalagi bagi kamu yang dikatakan berbadan besar oleh pamanmu.<br /><br /><span style="color:#ff0000;"><strong>Aku bukanlah orang yang bisa memberi ketenangan padamu setiap saat. Bahkan, aku mungkin adalah prahara yang sampai saat ini masih mengganggu hidupmu.<br /></strong></span><br />Aku tahu bahwa perlahan aku akan dienyahkan paksa dari obrolan biasamu. Tidak ada lagi keluh kesah yang akan mampir ke telingaku. Yang ada hanya punggung badanmu yang hanya bisa aku lihat dari kejauhan. Kau yang tampaknya sudah menemukan senyuman lain yang bisa membuatmu merasa nyaman, tanpa harus merasa terpaksa untuk berkata.<br /><br />Ruang putih itu hanya akan berderak oleh satu jejak langkah. Bukan dua apalagi tiga seperti biasanya. Aku hanya akan merenung seorang diri menikmati imaji tanpa pendamping setia. Uang tiga ribuku hanya akan terbuang sia-sia di dalam sana. Aku belajar berteman dengan sepi. Aku tidak mau memaksakan egoku hanya karena aku tak mau sepi menghampiriku.<br /><br />Aku akan berdiam di sini. Bertugas sebagaimana biasanya. Menerima hembus nafas pesimis orang-orang di sekelilingku. Dan mengolahnya menjadi sesuatu yang masih berharga untuk dikecap. Tapi, mungkin tidak akan ada lagi rupa stresmu di hadapanku. Tidak ada lagi teriakan aneh yang membuat hantu pun takut berkenalan denganmu. Atau tanganmu yang merusak tatanan rambut acak adulmu.<br /><br />Aku tahu kau pasti tidak akan lagi merepotkanku. Walaupun aku suka direpotkan olehmu. Kau juga tidak akan lagi menangis di depanku, walau aku juga suka menenangkanmu. Kau tidak akan lagi meminta peluk karena aku tidak bisa lagi memberi. Tapi yang aku tahu, aku tetap di sini. Tidak akan menjauh atau pergi meninggalkanmu. Terlalu sulit untukku mengelak.<br /><br />Aku akan berperan sebagai sahabat yang akan menerimamu apa adanya. Ketika kamu juga sudah bisa melihatku sebagai teman baikmu. Mungkin saat itulah aku akan berdiri menyambutmu, mengelus rambutmu dan memberi dekap hangat dalam peluk eratku.<br /><br />*silakan beranjak sebentar sampai kamu puas bergumam takdir. </div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-76583564568874384192008-12-04T03:01:00.000-08:002008-12-04T03:19:32.629-08:00Fragmen Kepribadian<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic01TvS4h1s2xvk9osvsYrGGYbpJf6Ur_1XxgiP3O9lV8HG3mmKJh3O3fX82v4fmZq-DDFlKMlNM3u2E_M5DZ9PTC6ofCoscVac969S019RD3mxtpSQgS28PpAyx_OOvCq0ra3t_8HQQL-/s1600-h/IMG_2608.JPG"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5275892437161192034" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 320px; CURSOR: hand; HEIGHT: 214px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic01TvS4h1s2xvk9osvsYrGGYbpJf6Ur_1XxgiP3O9lV8HG3mmKJh3O3fX82v4fmZq-DDFlKMlNM3u2E_M5DZ9PTC6ofCoscVac969S019RD3mxtpSQgS28PpAyx_OOvCq0ra3t_8HQQL-/s320/IMG_2608.JPG" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div align="justify">Kepribadian seseorang sebenarnya terdiri atas fragmen-fragmen tertentu yang menggambarkan satu sifat khusus dalam dirinya. Ada fragmen kemarahan, kejujuran, kebajikan, egois, bahkan fragmen kejahatan. Mereka tidak bisa berdiri sendiri, ada mekanisme keseimbangan yang membuat satu fragmen (seharusnya) tidak mendominasi yang lain. Fragmen-fragmen itu berjalan sinergis sebagai satu kesatuan utuh yang membentuk kepribadian seseorang. Namun yang terjadi, sering kita mencap seseorang secara keseluruhan hanya dengan menilai dari salah satu fragmen saja. Ya, stigma yang akan mengkungkung orang dalam pandangan masyarakat sekelilingnya. </div><br /><br /><div align="justify"></div><br /><br /><div align="center"><span style="color:#ff0000;"><strong><span style="font-family:georgia;">Orang jahat tidak selamanya akan jadi orang jahat, orang baik pun tidak selamanya akan jadi orang yang baik bukan?</span></strong> </span></div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-26369067015931683292008-12-03T03:34:00.000-08:002008-12-03T04:08:10.904-08:00Sindrom Pre-21<div align="justify">Judul yang mungkin aneh bagi sebagian orang yang tertarik membacanya, atau mungkin sudah tidak tertarik lagi bahkan untuk membaca seluruh kisahnya karena menemukan ketidaklaziman pada awal kalimat. Ya sudahlah, mari bercerita dan berpendapat, waktuku sedikit sempit tapi bukan berarti kita tidak bisa bercerita di sini.<br /><br />Kata orang, hidup itu layaknya potongan puzzle yang harus kita susun satu demi satu supaya kita bisa tahu gambar apa yang tersembunyi di sana. sakjano, yo pendapat ini nggak selamanya bener sih kan biasanya di puzzle ada bungkusnya dan kita udah tahu gambar apa yang harus disusun bukan? Berarti hidup bukan seperti potongan puzzle to? Haha. Pendapat yang sedikit aneh memang. Tapi kalaupun hidup seperti puzzle maka kita tentu akan kesulitan untuk menyusun gambar yang seharusnya tersusun di lembaran yang sudah ditentukan. Tanpa petunjuk, tanpa penuntun, tanpa satu arahan apapun, kita diharuskan membuat gambar penuh yang kita sendiri pun tidak tahu apa yang akan tergambar di sana. Bagi sebagian orang petunjuk untuk menyelesaikan gambar itu ada di sekeliling mereka, entah itu alam, lingkungan, dll. Ada pula yang berpendapat bahwa mereka bisa menemukan tuntunan ketika mereka berinteraksi dengan orang lain. Ada pula yang menemukan petunjuk ketika mereka sedang dalam suasana hening dan merenungi hidup. Ada pula yang menemukan setitik cerah di suasana ramai. Ada pula yang harus berdiam di tempat sepi. Meditasi. Yoga. Atau sederet kosakata lain yang tidak pernah saia kenal sebelumnya. Pada intinya, mungkin tiap-tiap orang mempunyai cara khusus untuk menemukan petunjuk-petunjuk kehidupan yang akan menuntun mereka perlahan demi perlahan menemukan wujud akhir dari kehidupannya.<br /><br />Ya, aku sendiri pun masih dalam proses mencari segelintir petunjuk yang bisa mengarahkanku pada kehidupan yang lebih jelas. Bukan berarti hidupku sekarang tidak jelas, tapi saat ini, aku masih berpendapat bahwa hidup itu mengalir seperti air sungai. Pendapat yang menurutku sangat naïf, sebodoh-bodohnya daun mengikuti aliran sungai, kalaupun dia bisa memilih maka dia akan memilih aliran yang tanpa riak, tenang dan tidak bergelombang. Dia juga (kalau bisa dan diperbolehkan) akan memilih aliran yang tidak begitu banyak bebatuan. Tak banyak jeram yang bisa membuat tubuhnya robek . Atau dia akan memilih aliran sungai yang tidak harus melewati air terjun yang akan membuat tubuhnya goyah tidak terkendali. Akan ada banyak aliran sungai yang bisa dipilih untuk bisa mencapai satu tujuan yaitu LAUTAN.<br /><br />Hidupku sekarang seperti ribuan petunjuk yang ada dalam kolam penuh tulisan. Banyak petunjuk yang berkeliaran di luar sana. Menyediakan beratus-ratus makna yang kalau disusun tentu akan terbangun menjadi sesuatu yang bagus. Tapi sayangnya tidak semua petunjuk itu aku butuhkan, ada petunjuk yang memang aku perlukan, ada petunjuk yang hanya jadi sampah dan malah mungkin menyesatkan. Itulah yang terjadi pada diriku sekarang. Berbagai macam idealisme bergabung menjadi satu, berusaha menurunkan derajatnya dan beradaptasi dengan realitas yang ada. Sedang di lain sisi, realitas yang aku jalani pun sering memunculkan idealisme baru yang sangat bertentangan dengan apa yang aku hidupi selama ini.<br /><br />Aku tidak tahu lagi bagaimana harus menuliskan ini dalam deretan kata-kata. Apa yang ada di otakku sekarang terlalu sulit untuk disusun. Aku sampai-sampai tidak bisa membaca apa yang sedang bergejolak di dalam jiwaku. Ah, sudahlah. Mungkin di antara kalian ada yang “sedang” atau “pernah” berada dalam posisiku. Suatu kondisi dimana kalian harus mensinkronkan berbagai idealisme dan realitas yang ada agar membentuk satu kesatuan yang sinergis. Sama seperti ketika orang bilang bahwa otak dan perasaan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, mereka harus berjalan berdampingan dan saling melengkapi.<br /><br />Masalahnya adalah saia sekarang tidak punya cara yang cukup jitu untuk menyambungkan kedua hal tersebut. TOOOLLLLOOONGGGG!!!<br /> </div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-11705563796352433692008-10-14T19:38:00.000-07:002008-10-14T19:46:47.064-07:00Pake Hati Donk, Mas!<div align="justify"><br />Tadi malam saya benar-benar tertidur secara tidak nyenyak. Di tengah keenganan untuk meneruskan belajar yang membuat saya tidak lancar mengerjakan ujian, berbagai pikiran imajinatif menyerang sendi-sendi pertahanan otakku. Mulai dari imajinasi yang saru sampai yang bermutu. Lebih banyak sarunya mungkin! Nah, di kala saya sedang asik-asiknya bercinta dengan guling di taman surga, saya terbangun mendengar bunyi kotak kecil yang menghubungkan saya dengan bermacam-macam orang di luaran sana. Begini bunyinya:<br /><br /><span style="color:#3366ff;">Si sms : Pink! Knp to kebanyakan pria begitu egois? Huff.<br /></span><span style="color:#ff6600;">Saya : Iya. Lelaki memang brengsek.Egois. Kenapa? Mgkn gawan bayi nek sifat kuwi. Ono opo </span></div><div align="justify"><span style="color:#ff6600;"> to emange?</span></div><div align="justify"><br />Sms itu saya tulis pukul 1 dini hari, sesaat setelah saya terjaga karena bunyi alarm yang<br />sengaja saya taruh di dekat telinga. Pagi harinya pas aku ketemu dengan temanku itu di<br />kampus. Obrolan itu langsung menjadi topik pembicaraan utama. Dia langsung bertanya<br />kepadaku.<br /><br /><span style="color:#3366ff;">Si teman : Pink, kalau misalnya saya bilang, ini hapeku jadi terserah aku mau <br /> ngapain aja, apa tanggepanmu?<br /></span><span style="color:#ff6600;">Si saya : Wah, yo biasa wae to? Nek aku mah ra popo, asalkan kowe le ngganggo hape </span></div><div align="justify"><span style="color:#ff6600;"> njuk tidak mengganggu orang lain. Sesuaikan konteks sajalah.<br /><br /></span>Si teman saya itu langsung manggut-manggut mendengar opini itu. Sedetik kemudian, dia mulai bercerita kenapa dia sampai harus mengirimkan sms itu kepada saya. Ternyata, dia sedang marahan dengan adiknya, mungkin bisa dibilang marah akut tapi nggak bisa nampar, ngludah, nginjek muka orang yang buat marah karena yang buat marah adalah adiknya sendiri. Jadinya dia melampiaskan segala kekesalannya di depanku. Apa gerangan yang membuatnya jadi sebegitu kesal? Nah, ceritanya begini, adik teman saya itu baru saja putus, lalu si teman saya itu tanya kepada adiknya.<br /><br /><span style="color:#6633ff;">Si teman : Heh, ngopo kowe kok ndadak putus barang?<br /></span><span style="color:#ff6600;">Si adik teman : Yo ben to, sakarepku!<br /></span><span style="color:#6633ff;">Si teman : Yo nggak bisa gitu no, kamu egois!</span> (mungkin disampaikan dengan gaya slow motion ala sinetron-sinetron remaja kacangan yang marak beredar di telepisi)<br /><br />Woh, langsung mendidih itu si temanku mendengar adiknya berkata seperti itu. Saya pun menanggapi kekesalannya dengan manggut-manggut nggak jelas dan malah melayangkan pikiran untuk bisa menulis sesuatu mengenai keegoisan lelaki.<br /><br />Malam harinya, saya diajak curhat sama temenku yang laen. Kebetulan dia baru saja “ditinggal” secara paksa oleh lelaki yang selama ini memperlakukan dia layaknya seorang putri. Nah, jebule si teman saya itu sangat sakit hati dengan lelaki yang memperlakukannya seenak wudelnya sendiri (wudel sendiri ki enak rasane po piye je?). Lalu mulailah dia bercerita panjang lebar mengenai apa yang terjadi antara dia dan lelaki itu. Ceritane panjang tenan (berlebihan ki aku), jadi kesimpulannya adalah sampai pada saat dia sudah sakit hati pun, si cowok nggak sadar kalau dia itu salah dan malah mau cari “korban” untuk disakiti lagi. Kata teman saya, si lelaki itu selalu butuh kasih sayang dan perhatian dari seorang wanita. Lha, njuk saya tanya.<br /><br /><span style="color:#ff6600;">Si pink : Menurutmu, teman lelakimu itu termasuk berkelakuan egoiskah?</span></div><div align="justify"><span style="color:#6633ff;">Si teman saya : Yaelah, jelas bangetlah kalo dia EGOIS!<br /></span><br />Obrolan yang berlangsung selama setengah jam itu dihabiskan dia untuk berkeluh kesah tentang lelaki yang secara sadis mengiris-ris hatinya (halah. Bahasamu lik-lik!). Walah...walah..sejurus kemudian saya njuk berpikir apakah sebegitu egoisnya kaum lelaki di mata wanita? Secara tidak hormat dan disertai dengan imajinasi tanpa batas, saya pun menelaah lebih lanjut, apa yang sebenarnya terjadi dengan pemikiran dan idealisme para kaum di dunia saya. <br /><br />Hmmm....sebenarnya kalau dibilang lelaki itu egois sih, sah-sah saja, malah kemungkinan besar dugaan atau tudingan yang dilontarkan oleh para wanita itu banyak benarnya. Para lelaki itu lebih sering menggunakan otaknya untuk mengambil suatu keputusan dan jarang memakai perasaannya sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Yups, <span style="font-size:130%;color:#ff6600;">RASIONALITAS</span>. Itulah yang selalu dikemukakan sebagai dalil untuk penyelesaian suatu masalah. Asalkan apa yang diputuskannya itu rasional dan menurut dia adalah sesuatu yang benar, maka tidak perlu repot untuk memikirkan apa yang orang lain rasakan akibat dari keputusannya itu. Contoh gampangnya adalah apa yang tadi malem saya lihat di tipi, seorang cowok dengan tega memutuskan pacarnya hanya karena dia sudah bosan dengan hubungan mereka. Lha, untuk memuluskan jalan agar segera bisa putus, si lelaki itu merancang berbagai macam pembenaran supaya si perempuan bisa menerima keputusannya. Padahal, di lain sisi, si wanita sudah nangis mbeker-mbeker ngguling-ngguling, tapi tetep saja si lelaki tidak mau untuk memperbaiki hubungan itu dan tetap memilih untuk putus. Apakah si lelaki itu egois?<br /><br />Sebenarnya kalau dalam hubungan pacaran, egois ini bisa terjadi lewat proses atau memang sudah gawan lahir dari si lelaki itu sendiri. Kalau yang gawan lahir, itu mah karena dari awal sifatnya dia sudah seperti itu. Nah, bagaimanakah egoisme yang terjadi lewat proses? Terkadang kita menemukan wanita dengan tipe yang anteng, manutan, tidak banyak menuntut, dan berbagai macam kebaikan lainnya. Sehingga dalam relasi berpacaran, pihak lelakilah yang lebih banyak mengambil keputusan. Semua pertimbangan selalu ada di pihak lelaki. Apa yang dimaui oleh lelaki selalu dituruti oleh pasangannya. Alhasil, si lelaki jelas akan merasa lebih berkuasa daripada si wanita karena si wanita itu sendiri tidak punya bargaining position yang cukup kuat untuk bisa menolak keputusan si lelaki. Selain itu, para wanita itu punya seribu macam cara untuk melakukan manipulasi ekspresi, sehingga kalau semisal dia tidak suka dengan apa yang si lelaki lakukan, dia akan terlihat senang-senang saja dan tidak ada masalah. Kondisi seperti inilah yang kemudian akan membuat si lelaki terbiasa untuk “dimanjakan” oleh si wanita sehingga si lelaki akan selalu berkutat dengan pemikirannya sendiri dan LUPA untuk juga menyertakan (perasaan) si wanita dalam setiap hal yang mau dia putuskan. Pada akhirnya, konsep saling memahami antara satu sama lain pun menjadi tidak tercapai. Yang satu merasa bisa memahami, tetapi di lain sisi, pasangannya merasa tidak pernah dipahami oleh yang lain. Inilah yang kemudian sering menjadi penyebab retaknya relasi pacaran. Tidak ada kesepahaman perasaan antara lelaki dan wanita.<br /><br />Yah, sebenarnya sisi lemah dari kebanyakan lelaki adalah dia itu punya sifat bawaan sombong, suka berkuasa, dan tidak rendah hati. Inilah yang kemudian akan merembet pada tindakan-tindakannya yang cenderung egois dan tidak mempedulikan perasaan orang lain. Hwuh, sebuah sikap yang menurut saya sudah harus dihilangkan ketika seorang lelaki memasuki usia 20 tahun. Dengan tingkat pemahaman dan idealisme yang semakin tinggi seharusnya diikuti juga dengan kemampuan “mengerti” orang lain. Kalau seorang lelaki tidak juga bisa menyeimbangkan antara kemampuan berpikirnya dan kemampuan memahami orang lain. Maka dia akan cenderung bersikap layaknya diktator yang tidak pernah mengerti apa yang dirasakan oleh orang lain dan berusaha melaksanakan ambisinya dengan cara apapun. Nah, kalau keseringan tidak bisa memahami orang lain, maka lambat laun orang-orang di sekitarnya pun tidak akan pernah mau (bersusah-susah) memahami perasaannya terlebih ketika dia kesusahan. Makanya, pake hati donk mas!<br /><br /><span style="color:#ff6600;">PESAN OF THE WEEK: “Jangan pernah bersikap egois pada siapapun mulai sekarang, emang mau kalau kamu lagi putus cinta dan butuh teman curhat, tapi yang mau ngedengerin cuma bantal ama guling? Iihhh…gw mah ogah!”<br /></span><br /><span style="color:#6633ff;">KESAN OF THE WEEK: “Memahami orang lain adalah sebuah seni yang akan sangat mengasikkan kalau dilakukan. Karena dengan memahami orang lain kita akan menelusup masuk dan menjelajah ke alam pikiran dari orang tersebut. Cobalah dan kamu nggak akan menyesal!”<br /></span><br />*buat yang merasa ditulis, maaf ya, hehehe.....<br />*touch of writing-ku sedang kacau nih, maaf kalau tidak enak dibaca, hehe....</div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-5775569435742835352008-10-10T06:33:00.000-07:002008-10-10T06:53:38.271-07:00Hormati Kelamin Sesamamu!<div align="justify">Sore ini saia sedikit memutar otak melihat sebuah iklan shampo di televisi. Iklan itu bercerita tentang seorang anak perempuan berambut panjang yang diantar ibunya menemui pelatih sepakbola di sekolahnya. Kemudian muncul beberapa percakapan antara mereka berdua. <br /><br /><span style="color:#ff99ff;">Si ibu : “Pak, ijinkan anak saia untuk masuk tim sepakbola”<br /></span><span style="color:#ff6666;">Si pelatih : “Nah, itu kan untuk anak lelaki?”<br /></span><span style="color:#ff99ff;">Si ibu : “Tapi kemampuannya sama dengan anak-anak lelaki, pak!”<br /></span><span style="color:#ff6666;">Si pelatih : “Iya, tapi nanti kalo kotor kena debu, rambutnya lepek, bagaimana?”<br /></span><span style="color:#ff99ff;">Si ibu : “Ah, bapak hanya tinggal melatihnya, lainnya saia yang urus!”<br /></span><br />Nah, akhirnya si anak pun dilatih secara khusus oleh pelatih tersebut. Jatuh bangun menangkap bola di tanah yang berrdebu, tapi si anak pantang menyerah. Sampai si anak pun ikut dalam satu pertandingan sepakbola dan dia akhirnya mencetak satu gol penentu dengan tendangan volley sambil menggeraikan rambutnya yang panjang itu. Iklan yang agak aneh sih menurutku, tapi bukan itu point yang mau saia ambil.<br /><br />Iklan yang tidak seberapa menarik itu melambungkan saia pada kejadian beberapa tahun silam. Saat saia bersusah payah menyelesaikan karya tulis sebagai tugas untuk kenaikan kelas. Kebetulan topik yang saia ambil adalah mengupas makna seks dalam novel yang ditulis Djenar Maesa Ayu berjudul <strong><em>“Jangan Maen-Maen (dengan Kelaminmu)”</em></strong>. Topik yang saia kira tidak banyak disadari oleh teman-teman saia kala itu. *mungkin inilah yang menjadikan saia sedikit aneh di mata teman-teman dekat saia, kadang-kadang pikiranku suka berimajinasi berlebihan* Nah, salah satu judul cerita yang saia kupas ada yang berjudul <strong><em>“Menyusu Ayah”</em></strong>. Inti ceritanya adalah seorang anak perempuan piatu karena ibunya meninggal pada saat proses kelahirannya. Yang paling menarik menurut saia adalah satu paragraf yang cukup membuat saia terhenyak ketika membacanya untuk pertama kalinya. Begini bunyinya.<br /><br /><em><span style="color:#006600;"><strong>Nama saya Nayla. Saya perempuan, tapi saya tidak lebih lemah dari laki-laki. Karena, saya tidak mengisap puting payudara Ibu. Saya mengisap penis Ayah. Dan saya tidak menyedot air susu Ibu. Saya menyedot air mani Ayah. </strong></span></em></div><div align="justify"><br />Itulah yang membuat saia pada akhirnya sedikit sebel dengan iklan yang baru saja saia tonton itu. Selain dari segi estetika tidak terlalu menarik, kalau dikaji lebih lanjut, iklan itu pun menunjukkan bahwa perempuan berada pada kondisi yang lebih rentan daripada lelaki. Perempuan masih dianggap sebelah mata ketika dia berusaha untuk memasuki dunia yang selama ini lekat dengan maskulinitas, seperti misalnya sepakbola, politik, dll. Perempuan ditakdirkan untuk mempunyai kodrat-kodrat yang berkaitan dengan posisinya sebagai seorang perempuan, misalnya melahirkan, merawat anak, mengurusi keluarga. Begitulah yang selama ini mentradisi dalam masyarakat Indonesia. Perempuan dipaksa untuk terkungkung dalam kodratnya sebagai seorang perempuan. Kalau pun semisal dia berusaha untuk memilih tidak melakukan apa yang sudah dikodratkan “masyrakat” kepadanya, maka gunjingan akan segera terjadi baik itu di pihak internal ataupun eksternal perempuan tersebut.<br /><br />Kalau boleh meminjam istilah yang tidak disukai salah seorang teman saia (Sista.red), wanita berada pada posisi yang inferior sedangkan pria ada di posisi yang lebih superior. Ya, itulah yang sejak dahulu berkembang di masyarakat Indonesia, perempuan dipandang lebih rendah daripada laki-laki. Salah seorang filsuf Prancis pernah menulis bahwa perempuan itu adalah second sex, dimana dia memang sudah dilahirkan tidak dalam posisi yang sejajar dengan lelaki, tetapi dalam posisi yang lebih bawah.<br /><br />Tekanan yang begitu besar dari “dunia maskulin” pun membuat jengah beberapa golongan perempuan yang menamakan diri sebagai penganut feminisme. Sebuah aliran atau boleh dibilang suatu idealisme yang mendasarkan kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Mereka berusaha agar para perempuan diberi posisi yang sejajar dengan para lelaki. Mereka tidak ingin melebihi kaum lelaki, tetapi paling tidak jadikanlah mereka partner untuk kaum pria. Itulah beberapa “tuntutan” yang sering disuarakan oleh mereka. Sehingga banyak di antara mereka yang rela tidak menikah karena menikah sama saja dengan memposisikan diri mereka ada di bawah laki-laki. Fiuh. *bisa-bisa gag ada lagi cerita malam pertama nek kabeh wong wadon duwe pikiran koyo ngene!*<br /><br /> ***<br /><br />Saia kira tidak ada seorang ayah yang menyesal bila dia diberi karunia berupa anak laki-laki. Lain halnya ketika Tuhan memberikan dia anak perempuan, akan ada sejenak raut wajah kekecewaan walaupun pada akhirnya dia tidak berbuat apapun terhadap kondisi tersebut. Laki-laki yang sudah sejak lahir seperti “terkodratkan” untuk berada di atas perempuan pun sering memiliki arogansi yang kelewat batas terhadap para perempuan. Berbagai kesombongan pun terpancar dari segala tingkah laku mereka untuk menunjukkan bahwa mereka lebih berkuasa daripada lelaki. Perasaan tidak terima dan merasa terlecehkan pasti akan langsung menyeruak ketika ada perempuan yang berada pada posisi yang lebih tinggi daripadanya. Berbagai proteksi pun dilancarkan agar si perempuan tidak bisa mencapai posisi yang lebih tinggi dari lelaki. Kebanyakan lelaki akan takut kalau perempuan ada di posisi yang “lebih berkuasa” maka mereka akan diperlakukan secara sewenang-wenang dan akan dipermalukan harga dirinya. Sebuah ketakutan yang saia kira tidak masuk akal.<br /><br />Hal ini pulalah yang tercermin dalam dunia kehidupan sehari-hari. Tidak usahlah mengambil contoh kuota DPR yang sampai saat ini pun kursi untuk caleg perempuan yang “hanya” 30% itu tidak kunjung bisa terpenuhi. Lihat saja keseharian di sekeliling kita, bolehlah kita ambil contoh masalah percintaan. Baru-baru ini saia mendengarkan cerita dari adik sepupu saia (adik sepupu saia ini perempuan.red) yang baru saja putus dari pacarnya. Walaupun sudah putus, si mantan pacarnya adik saia ini nggak terima kalau semisal si adik saia itu dekat dan akhirnya pacaran dengan lelaki lain. Aneh nggak sih? Menurut saia sih aneh banget. Itu mungkin perilaku otomatis yang akan dilakukan seorang lelaki ketika posisinya terancam.Yup, si lelaki itu pasti akan berpikir kalau si saudara saia itu akan meninggalkan dia dalam kondisi masih “sendirian” alias belum punya pengganti. Dan saia yakin, sikap yang ditunjukkan oleh lelaki itu hanyalah sikap seorang pengecut yang tidak mau mengakui “kekalahan” nya terhadap orang lain apalagi seorang perempuan. Adik saia itu pun sempet beropini “Egois banget yo mas si mantanku itu.” , dengan tegas dan lantang saia jawab “YA”.Hehe. Memang begitu kenyataanya, lelaki itu sering merasa lebih berkuasa dalam menjalani sebuah hubungan, sehingga dia cenderung sombong dan tidak mau peduli dengan pasangannya. Akibatnya sudah bisa ditebak, dalam hubungan pacaran itu, sering sekali si lelaki menyakiti hati pasangannya, baik itu sadar maupun tidak sadar. Nah, kalau si perempuan sudah tidak sabar dengan sikap si lelaki, lalu mereka pun berontak dan minta putus. Selalu begitu akhirnya. Walaupun sudah putus, si lelaki masih saja tidak mau mengalah dan merelakan perempuan yang pernah jadi pasangannya untuk bisa memadu kasih dengan lelaki lain. Ckckckck….dasar lelaki!<br /><br /><span style="color:#6633ff;"><strong>PESAN OF THE WEEK:<br />“JANGAN JADI HOMO, KARENA KALIAN SUDAH TAHU KAN KALAU LELAKI ITU BRENGSEK, MAKANYA NIKAHLAH DENGAN WANITA SAJA BUKAN DENGAN LELAKI!”<br /></strong></span><br /><strong><span style="color:#993399;">KESAN OF THE WEEK:<br />“JADILAH LELAKI YANG RENDAH HATI, JANGAN MERASA SOMBONG TERHADAP POSISIMU, KARENA SAIA PERCAYA PEREMPUAN ITU SEBENARNYA LEBIH BERKUASA DARIPADA KITA, TAPI BEDANYA MEREKA RENDAH HATI DAN TIDAK SOMBONG!”<br /><br /></span></strong><em><span style="color:#ffcc00;">OH IYA...SELAIN RENDAH HATI DAN TIDAK SOMBONG,WANITA JUGA RAJIN MENABUNG!*<br /></span><br /></em>*halah. Ra penting banget iki!</div><div align="justify"> </div><div align="justify">*buat temen2ku di kampus, berhentilah untuk menjadi homo sejak sekarang. nggak enak. beneran. bolongane homo ki mung siji. hahaha. saru tenan!</div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-69521069024425296582008-10-07T13:09:00.000-07:002008-10-07T13:12:24.245-07:00Perfeksionis Tidak Becus Anti Kritik<div align="justify"><br />Mungkin judul itulah yang cukup tepat untuk menggambarkan kondisiku selama ini. Terlebih lagi aku tadi pagi-pagi sudah beradu argumen dengan ibu di kamar tidur milik beliau. Penyebabnya sepele memang, aku mau buang air besar di kamar mandiku tapi kebetulan bapak sedang mandi di sana. Terus ibuku menyarankan untuk memakai kamar mandi di kamarnya, aku tidak mau dengan alas an dudukannya terlalu pendek sehingga nggak nyaman, lagipula nanti kalo rejek (airnya menggenang.red) aku pasti akan kena marah beliau. Eh, tau-tau ibuku langsung menanggapi dengan ngomong “Orang yang survive adalah orang yang bisa beradaptasi dengan cepat!” Ya terus terang aku langsung diam dan menahan marah seketika menanggapi omongan ibuku tersebut. Padahal tadi malam aku kena marah lagi karena aku nggak mau mengambilkan kunci apotik. Yah, pokoknya suram duramlah kondisiku sama ibuku belakangan ini. Tapi untungnya si bapak masih menciptakan suasana yang cukup kondusif sehingga aku masih saja betah tinggal di rumah ini.</div><div align="justify"><br />Aku tiba-tiba berpikir setelah aku dibangunkan oleh bapakku pagi ini, apakah aku orang yang perfeksionis dan anti kritik? Yups, mungkin inilah target perbaikan pribadiku selanjutnya, setelah apa yang kualami selama ini, mungkin sifat ini secara tidak langsung mengendap dalam paradigmaku. Semenjak kecil aku sudah dibentuk sebagai seseorang yang hebat dan harus kelihatan pintar di hadapan orang lain. SD aku sudah langganan juara 1 sejak kelas 1 sampai kelas 6, kalaupun tidak beruntung aku paling-paling jadi juara 2. Hasil buruk yang menimpaku pas ebtanas membuat semangatku untuk membuktikan bahwa aku pintar membuncah ketika aku masuk smp. Di sana aku berhasil menjadi ranking satu parallel satu angkatan, cukup membanggakan memang, dan cukup membuat aku dicap sebagai anak pintar di sekolah. Prestasi ini memang tidak bisa kupertahankan karena kinerja yang menurun, tapi berhasil lagi kuraih saat-saat terakhir di smp. Kejadian yang sama terjadi pada saat sma, tidak ada sesuatu yang istimewa karena aku berada di kelas yang benar-benar hancur, bayangkan saja dari 40 anak yang tidak naik kelas ada 11 orang. Hebat bukan! Prestasiku konstan-konstan saja, sampai pada ujian akhir sekolah aku bisa berada di peringkat 7 sekolah walaupun terpuruk ke urutan 69 ujian akhir nasional. Tapi hasil ini membuatu aku bangga dengan apa yang sudah aku lakukan selama ini.</div><div align="justify"><br />Itulah track record yang bisa saia beberkan kepada kalian semua yang membaca tulisan ini. Tapi apakah hidupku hanya untuk pencapaian akademik seperti itu? Aku juga tidak mau terjerumus untuk berkubang dalam lingkaran pendidikan yang terkadang hanya menjadikan manusia utuh setengah sebagai seorang pribadi. Lahir dari ibu yang pintar dan sekarang jadi dokter tekenal serta perfeksionis secara tidak sengaja menurunkan genetic sifat tersebut kepadaku. Pokoknya aku harus bisa seperti ibu. Itulah yang ada di benak kala SD dan SMP. Saat SMA aku sudah tidak mau lagi disama-samakan dengan ibuku lagi, dan pemberontakan yang paling keliahatan adalah aku tidak belajar supaya aku kelihatan bodoh dan tidak disandingkan dengan ibuku. Tapi segala usaha itu sirna karena aku tetap saja bersifat perfeksionis dan ingin semua orang kagum atas kepintaranku. Inilah yang tidak bisa lepas dari hadapanku, bahwa aku ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain. Aku ingin dihargai dan dipandang sebagai orang yang pintar, sukses, dan selalu bisa melakukan segala sesuatu di hadapan orang lain. Aku tidak ingin terlihat sebagai orang bodoh yang bisanya hanya bisa plongah-plongoh dan tidak berbuat apapun bagi orang di sekitarnya. </div><div align="justify"><br />Akibatnya sudah bisa ditebak, aku tumbuh menjadi orang yang egois dan tidak mentolerir segala macam bentuk kekurangan. Terlebih ketika ada orang lain yang mencoba untuk mengkritik apa yang aku lakukan pasti akan ada rasa marah yan terbersit di dada.Huh…aku mulai jengah dengan sikapku yang satu ini. Lebih lagi bahwa aku harus tinggal satu rumah dengan orang yang perfeksionis dan orang itu sangat dekat denganku. Mungkin ini bisa jadi sifat yang baik ketika dua orang tersebut saling dukung, tapi aku tidak terlalu suka dengan cara ibuku memperingatkan aku. Ibuku pasti straight to the point bila ada sesuatu yang tidak ia suka. Aku menilai caranya ini tidak melahirkan situasi yang baik untuk tercipta suatu proses diskusi yang membangun jati diriku. Aku masih menganggap bahawa aku masih perlu banyak belajar mengenai hal-hal yang ada di sekitarku. Aku masih kecil dan tidak terlalu mengerti mengenai dunia ini. Walaupun aku terbiasa hidup “sendiri” semenjak kecil toh aku tidak bisa hidup selamanya dalam sikapku yang seperti ini. Aku sangat sadar bahwa tidak semua orang di dunia ini akan bisa menerimaku secara terbuka, memahami secara baik apa yang aku kerjakan, dan bila aku terus memelihara sikap ini, maka aku akan menemui kesulitan yang sangat besar di dunia yang sesungguhnya. Ya, aku sering mendengar bahwa orang yang tidak mau dikritik adalah orang yang paling bodoh sedunia. Dia menganggap kalau dia adalah orang yang paling pintar, tetapi kenyataannya dia adalah orang yang paling bodoh dan paling dungu di seantero jagad raya. Itulah yang aku rasakan akhir-akhir ini, aku menjadi orang yang paling bodoh sedunia. Dan sedikit demi sedikit aku mulai berkata kepada diriku sendiri bahwa </div><div align="justify"><span style="color:#3366ff;"></span> </div><div align="justify"><span style="color:#3366ff;">“Aku adalah orang yang paling tidak tahu segalanya di dunia ini!”</span> </div><div align="justify"> </div><div align="justify">sehingga aku perlu menyerap apapun yang memang pantas untuk aku pelajari. Orang yang bersedia dikritik berarti dia adalah orang yang RENDAH HATI, begitu kata Bunda Teresa. Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak sombong, orang yang tidak mau berdebat dengan orang lain walaupun dia tahu bahwa hal itu adalah hal yang benar. Ya pokoknya seperti itulah! Dan aku masih jauh dari apa yang pernah dikatakan oleh Bunda Teresa tersebut. Masih banyak yang perlu diperbaiki. Mumpung aku masih ada di rumah dan masih ada orang yang setia memperhatikan. Begitulah yang seharusnya diperbuat!</div><div align="justify"><br />Aku terkadang iri dengan Yosi, Siddha, ataupun Wandan yang bisa dengan enak berdiskusi dengan orangtua mereka ketika mereka melakukan sesuatu yang salah. Dan itu aku anggap sebagai sarana pembentukan diri yang cukup hebat. Sedangkan aku hanya bisa menulis dan memecahkan masalahku sendiri secara pikiran dan apa yang aku anggap benar. Sehingga terkadang aku bersikap bahwa segala yang aku lakukan benar adanya dan tanpa cacat. Padahal aku yakin bahwa apa yang aku lakukan bahkan tidak lebih baik daripada seorang gelandangan sekalipun. Ya inilah hidupku! Aku harus menerima ini sebagai salah satu cara untuk memperbaiki hidup karena tanpa perubahan dan evaluasi serta pembenahan diri setiap harinya, aku sudah menjadi mayat hidup yang hanya bisa berjalan tanpa tentu arah. Aku berpikir kalau sikapku yang mirip ibuku ini hanya bisa ditangani oleh orang yang benar-benar mengerti akan behavioral maternal yang menurun kepadaku. Ya aku harus meminta tolong untuk ini sebelum semuanya terlambat. Kepada siapa? Siapa lagi kalau bukan kepada bapakku, hahaha……<br /><br /> <span style="color:#ff6600;">“Semoga aku tumbuh menjadi seorang perfeksionis yang rendah hati dan tidak anti kritik!!"</span><br /><br /> <br /> </div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-29597677377314728842008-10-05T19:57:00.000-07:002008-10-05T20:14:05.019-07:00Takut Mati<div align="justify">Takut Mati<br />Minggu pertama bulan oktober!<br /><br />Pernahkah anda mengalami perasaan takut akan kematian? Mungkin akan banyak yang tidak takut tapi diantara segelintir itu pasti ada sejumput orang yang takut bila harus berhadapan dengan kematian. Biasanya sih sindrom takut mati itu terjadi bila kita harus berhadapan dengan situasi yang tidak bisa dikontrol oleh diri sendiri. Dalam artian situasi yang sedang ada di depan mata kita tidak akan bisa dirubah dengan kekuatan yang ada di dalam diri kita. Kalau tak pikir-pikir lagi kok kayanya definisi sindrom takut mati yang saia lontarkan ini kurang sesuai ya? Tapi biarlah, namanya juga tulisan bebas.<br /><br />Beberapa kali saia pernah merasakan sindrom takut mati. Biasanya sindrom ini akan kambuh dengan sendirinya ketika saia naik pesawat. Entah kenapa saia menjadi paranoid sekali semenjak penerbangan ke Manado hampir setahun yang lalu. Saat itu pesawat yang saia tumpangi adalah milik perusahaan VOC yang bangkit lagi untuk mengenang masa lalu lewat udara (baca:Batavia Air). Nah, sebenarnya tidak ada masalah dengan pesawatnya, tapi awal tahun kan ada pesawat Adam Air yang jatuh secara mengenaskan. Padahal pesawat itu kan pasti akan melwati daerah selat makassar yang menjadi momok karena medan magnet yang sangat kuat di daerah itu. Kalau nggak salah, dulu pernah ada koran yang menamakan daerah itu sebagai Segitiga Bermuda-nya Indonesia. Asem tenan. Sepanjang perjalanan Jogja-Balikpapan-Manado hanya berdoa rosario dan nggak mau ngobrol sama temen di sebelahku karena ketakutan yang teramat sangat. Apalagi beberapa kali landing tidak berjalan dengan mulus, ada yang miring ke samping, benturan yang cukup keras, dan beberapa hal lain yang membuatku paranoid sampai sekarang. Itulah pertama kali aku berada di zona takut mati. Entah kenapa aku bisa merasakan hal seperti itu, padahal teman seperjalananku semuanya dalam kondisi santai.<br /><br />Kemarin aku berada dalam zona takut mati dua kali dalam jangka waktu yang tidak terlalu berselang jauh. Kejadian pertama adalah pada saat saia harus terbang memakai pesawat dengan maskapai yang sama dari Jakarta-Jogja. Perasaan tidak mengenakkan langsung menyeruak ketika tahu harus terbang dengan maskapai itu. Ditambah lagi teman saia yang mempunyai indera keenam secara tidak sengaja menakuti-nakuti saia dengan mimpi buruknya yang akhir-akhir ini menjadi kenyataan. Asem. Tambah paranoid aku. Lebih lagi, pas mau masuk ke ruang boarding tiket yang aku pegang ternyata salah dan harus diganti. Pikiranku langsung berkata “Mungkin Tuhan masih sayang aku dan tidak mau aku mati karena kecelakaan pesawat. Makanya tiketnya sengaja disalahain.” Segala jenis ketakutan yang tidak beralasan hinggap silih berganti di otakku. Terlalu berlebihan memang, tapi saia membiarkan ini hanya berkecamuk di kepala. Saia tidak sebegitu tololnya sampai-sampai harus menunjukkan perasaan takut mati dengan ekspresi bak seniman teater yang mati-matian menghayati tiap peran sandiwaranya. Alhasil, di pesawat saia terus-terusan mendaraskan doa kepada Tuhan supaya kalau aku mati paling tidak aku mati dalam keadaan sedang berdoa. Benar-benar bikin deg-degan. Sial!<br /><br />Kejadian kedua menimpaku malam harinya, aku sampai rumah jam 5 sore setelah sempat bertengkar dengan Indra di halte bis trans jogja. Habis itu langsung ke rumah Neni untuk menjemputnya dan ke gereja. Rencananya, sepulang gereja saia mengantarkan Neni sampai ke Solo karena besok memang dia ada ujian praktikum. Bodohnya saia tidak mengetahui batas kemampuan diriku. Saia yang pertama kali menawarkan untuk mengantarkan sampai ke Solo. Dan sekali ngomong tentu saja saia tidak mencabut lagi (kecuali untuk alasan tertentu). Perjalanan Jogja-Solo saia lalui dengan cukup mudah karena ada teman ngobrol sehingga aku yang sedang dalam kondisi ngantuk dan laper tidak menghiraukuan perasaan itu. Nah, masalah datang ketika saia harus melakukan perjalanan pulang ke Jogja. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Perut keroncongan karena belum makan semenjak siang. Mata mengantuk karena kecapekan. Apalagi situasi ini diperparah dengan tidak adanya teman dalam melakukan perjalanan. Alhasil, saia membeli sekotak terang bulan yang ternyata cukup ampuh untuk mengganjal perut sekaligus membuat saia TAMBAH NGANTUK!<br /><br />Bener aja, mataku sudah semakin berat semenjak keluar dari Surakarta menuju jalanan lurus yang tanpa ujung. Waktu pertama sih masih sanggup nge-gas sampe 100km/jam, tapi lama-lama kok ngantuknya semakin parah ya. Beberapa kali tertidur sepersekian detik dan hampir menabrak separator jalan. Nggak bisa mbayangin deh kalo aku nabrak separator dalam kecepatan yang cukup tinggi. Bisa hancur berkeping-keping tuh mobil. Keputusan darurat pun diambil, kecepatan diturunkan hampir setengahnya. Itupun ternyata belum cukup untuk mengobati ngantuk yang sudah sampe stadium 3. Apalagi daerah yang sedang dilewati nggak ada sinyal radio. Sepi banget di dalem mobil.<br />Pernah karena saking ngantuknya, saia tidur di lampu merah terus nyadar kalo udah lampu ijo dan tahu-tahu udah nyampe lampu merah berikutya. Jadinya, aku tidur di satu ruas sepanjang dua lampu merah. Ngeri tenan! Udah beberapa kali belok kanan-kiri gag jelas gitu, hampir keserempet mobil di jalanan sebelah. Edyan tenan. Berasa mau mati tadi malem. Tapi aku pikir kok nggak keren ya, mati karena alasan ketiduran. Gag elit banget gitu kayanya. Untung masih diberkati Tuhan, jadinya bisa nyampe di rumah dengan selamat.<br /><br /><span style="color:#ff6600;">Mari berimajinasi sejenak: tengah malam-tidak ada sinyal radio-perut kenyang habis dikasih makan-ngantuk berat-separator dan bis malam siap menerjang tanpa ampun! Bayangkan saja semau anda, saia sudah pernah mengalaminya dan tidak mau membayangkan lagi. <br /></span><br />Sebenarnya sih tidak ada yang salah dengan perasaan takut mati. Orang tua saia pernah bilang bahwa “Urip nang ndonya ki ming nunut ngombe”. Jadi ya memang hidup di dunia ini hanya untuk sementara karena semua orang pasti akan mati. Nah, masalahnya adalah orang-orang yang siap untuk berhadapan dengan kematian “biasanya” orang-orang yang sudah berumur dan merasa punya bekal yang cukup banyak untuk bisa dipertanggungjawabkan di surga. Lha kalo saia yang mati, masih muda gini,dosanya masih banyak, lah pahalanya belum ada sama sekali. Nanti kalo ditanyain, kamu udah ngapain aja di dunia? Masak cuma tak jawab “Kayanya enggak ngapa-ngapain deh di dunia”. Nah lo, bisa berabe tujuh keliling kan, langsung dimasukkan ke dalam neraka tanpa ada basa-basi yang cukup menghibur tuh. Alasan yang sebenarnya cukup bodoh untuk menghadapi kematian. Tapi dalam umur saia yang masih 20 tahun ini, tampaknya saia belum bisa PASRAH untuk menyerahkan hidup saia yang masih tidak berguna ini. Masih banyak hal yang perlu saia persiapkan supaya pada nantinya saia cukup pantas untuk dihantar banyak orang ketika saia mati. Banyak hal-hal baik yang belum saia lakukan di dunia ini. Apalagi cita-cita saia untuk berpetualang di bumi Papua belum juga kesampean. Masak udah harus meninggalkan dunia ini. Kan gag seru juga tuh. Karena itu jugalah, saia pernah bilang pada salah seorang teman. “Mbul, enak juga ya kalo kita kena HIV-AIDS?” Teman saia itu langsung mencak-mencak gag karuan karena nggak setuju dengan apa yang bilang. Terus saia lanjutkan kalimatnya “Lho, bukannya malah jadi enak ya karena kita tahu kapan kita akan mati, jadinya kita akan melakukan segala sesuatu yang terbaik di sisa akhir hidup kita” Nah, baru temen saia itu mikir lebih lanjut. Teman yang aneh memang.<br /><br />Tapi ya itu, kita memang tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Ibaratnya kalau tuan rumah udah tau kapan maling akan datang ke rumahnya, tentu dia akan mengerahkan satu batalyon tentara supaya rumahnya tetap aman. Jadi, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah BERBUAT BAIKLAH DI SETIAP WAKTU DALAM HIDUPMU, JADI KALO TIBA-TIBA MATI MUDA, KAMU BISA TETEP MASUK SURGA WALAU ADA DI TINGKAT TERBAWAH. Hehehe…..Tulisan yang cukup bodoh. Silakan dibaca dan dipahami lebih lanjut!<br /><br />*tulisan ini juga bisa dilihat di <a href="http://www.senjakalafajar.blogspot.com/">www.senjakalafajar.blogspot.com</a><br /> </div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-86283922252871333812008-08-07T01:16:00.000-07:002008-08-08T06:13:36.574-07:00Pesawat Ulang Alik<div align="justify"> Baru-baru ini berita paling heboh selain pembunuhan berantai yang dilakukan secara keji oleh homo tidak bermoral adalah bocornya rekaman Adam Air yang seharusnya tersimpan rapi. Kemarin sempat mendengar rekaman detik-detik terakhir saat pesawat hendak jatuh ke laut. Situasi kepanikan yang mungkin bisa kubayangkan terjadi di dalam badan pesawat. Berbagai wajah yang menunjukkan ketakutan, kegelisahan, keringat dingin yang mengucur deras tergambar jelas bagai mimpi di siang bolong. Saia merinding grogi, apalagi saat itu saia sedang makan sesuatu yang enak dan menggairahkan. Mendengar berita itu selera makan langsung turun sampai ke titik nol dan tidak ada lagi yang bisa saia lakukan siang itu selain duduk termenung. Kertak gigi terdengar jelas yang di sekujur badan yang sudah mematung semenjak suara-suara itu berkumandang di telingaku pertama kali. ah, aku sudah tidak mau membayangkan lagi apa yang terjadi di sana. Sudah cukup aku mendengar jeritan orang-orang putus asa yang tidak bisa lagi berbuat apapun. Fiuh.....</div><div align="justify"> Mungkin dari antara kita pernah memakai tipe pesawat ulang alik macam Adam Air, Lion Air, dan segala macam penerbangan murah yang membuat jantung berloncatan tanpa henti. pengalaman aneh dengan pesawat ulang alik jenis ini membuatku harus berdoa sepanjang perjalanan. hahaha....ketahuan juga kalau lagi berdoa pas masa-masa genting. Tapi beneran, aku bisa menyebut ini pesawat ulang alik karena kalau pesawat ulang alik yang bikinan Nasa kan bisa terbang melawan gravitasi, ke arah atas menembus angkasa. Lha, kalau yang ini pesawatna agak diragukan kalau melawan gravitasi tapi sangat mumpuni kalau disuruh sejalan dengan gravitasi. Dalam bahasa jurnalistik dinamakan Pesawat Terjun Bebas. Inilah yang sering membuat saia paranoid tingkat tinggi kalau harus pergi dengan bertipe terjun bebas. Naik pesawat jenis ini memang paling rawan kalau pas landing atau pas take off, serasa mau dihujamkan ke tanah tingkat terbawah. pesawat jenis ini tidak memperbolehkan kita untuk duduk tenang menikmati gelembung-gelembung awan yang tersusun rapi di batas cakrawala. Yang ada hanyalah keringat dingin mengucur tanpa henti, membasahi baju yang beberapa hari ini berbau tidak sedap. Gila banget deh rasanya, aku tidak mau naik itu lagi setelah pengalaman yang tidak mengenakkan terbang pake Batavia Air pulang-pergi ke Manado.<br /></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> Tampaknya saia memang tidak beruntung naek pesawat yang lebih beradab dan lebih berbudaya macam Garuda Indonesia. Kemarin adalah liburan yang terpotong karena mendadak harus pulang membawa dokumen penting untuk persyaratan sekolah ibu di Jepang. Alhasil, saia yang harusnya pulang hari rabu pagi memakai kereta murah malah harus mencari tiket pesawat dengan harga yang sangat mahal. Asem tenan. Karena saia harus transit dulu di kampusnya si Rio (Atmajaya) dan terpaksa mencari travel agent terdekat yaitu di Pelasa Semanggi atau bahasa ndesona disingkat dengan Pelangi. saia mencari tiket disana dengan keterburu-buruan ang teramat sangat, setelah melalui birokrasi yang berbelit dan menyita waktu. saia diharuskan membayar tiket seharga 700 ribu untuk pulang ke rumah saia tercinta. Harga termahal pesawat yang pernah saia berikan kepada pesawat terjun bebas macam itu. Saia kira pesawatnya adalaha Lion Air, beberapa menit yang lalu teman saia bercerita kalau pesawatnya Lion Air masih dalam kondisi baru lengkap dengan kursi berbalut plastik, bau toko, dan bermacam-macam hal yang bisa menandakan kalo pesawat itu masih dalam kondisi baru, jadi aku tenang-tenang aja karena akan naik pesawat baru, begitu pikirku. Tapi, keadaan hatiku berubah 360 derajat (lho balik lagi donk), maksudku 180 derajat, begitu melihat maskapai penerbangan yang ada di lembar tiketku. </div><div align="justify"> Disana tidak ada tulisan Lion Air seperti yang aku bayangkan sebelumnya, yang ada adalah tulisan Wings Air. "What!!!" begitu pikirku. Asem. Aku langsung protes, " Kok Wings Air mbak?" dan mbak penjaga tiket yang menurutku tidak begitu menarik karena sangat lambat memberi pelayanan itu menjawab "Iya, Wings itu anak maskapai Lion". Ah, pikirku fuckin shit juga ini. Aku langsung ketar-ketir begitu mengetahui hal ini. Lha, bayangkan saja kalau saia kemudian sampai jatuh karena naek pesawat model terjun bebas macam ini. Mendingan aku mati naek becak donk. Kalau naek becak khan paling enggak kita tahu kalau becak itu dalam kondisi sempurna dan matinya juga paling ditabrak sama mobil, syukur-syukur mobilnya merek BMW, atau Mercy atau mungkin Jaguar, lebih prestise gitu kayaknya. Lha kalau naek pesawat terjun bebas ini, berasa mati sebagai orang bodoh, lha udah tau pesawatnya bobrok kaya itu, sistem navigasinya juga kembang-kentut, masih aja dinaekin,salah siapa coba? Ah, pokoknya pikiran-pikiran aneh berkecamuk pas tanganku menerima lembaran tiket itu. Tapi, ya sudah mau gimana lagi to, kata Rio, "Wis lah Pink, jas 4 ur mom!" Iya nih, semua demi ibuku, moga-moga aja selamat sampai tujuan.</div><div align="justify"> Apa yang aku takutkan terjadi juga. Pas mulai mebur (tinggal landas) sih nggak papa karena aku juga sedang dalam posisi mengantuk tingkat tinggi. Bayangkan saja, tadi malem malah maen PES 2008 sama rio sampe jam 2 pagi, padahal harus bangun jam 5 pagi. Otomatis mata sudah tidak bisa terkoordinasi dengan baik dan memilih tidak berkompromi melawan takdir hidupnya. Masalah terjadi saat mau landing, kebetulan aku sudah bangun dari mimpi yang tidak enak dan pesawat sedang berada di atas gumpalan awann. Aku bisa liat dari jendela kalo awan-awan putih itu bukan jenis awan tipis yang biasanya menggelanyut di angkasa, tapi jenis awan pembawa hujan yang sangat bergumpal-gumpal besarnya. Padahal, beberapa menit lagi pesawat mau landing, berarti dia harus menembus melewati gumpalan awan itu. Parahnya adalah si pilot itu tampak ragu-ragu ketika dia mau menembuskan pesawatnya masuk ke dalam gumpalan awan itu, dia seperti menggeber mesinnya lalu melepaskannya, kaya ngegas motor terus dilepaskan, gas-lepas-gas-lepas-gas-lepas. Wah, aneh banget pokoknya, lha aku takut kalo pesawat itu nggak bisa ngegas lagi, jadi pas lepas gas, lepas juga deh pesawatnya, pilot lepas tangan, dan nyawaku juga LEPAS. Arggghhh...stres tingkat tinggi pas mau mendarat. Serasa jiwa mau lari dari raga.Halah.</div><div align="justify"> Untungnya beberapa menit kemudian,pesawat sudah bisa melakukan tugasnya dengan baik. Awan itu sudah bukan menjadi masalah walaupun pas masuk gitu, pesawatnya sempat goyang-goyang nggak karuan, asem tenan. Gahar bangetlah pokoknya. Kaya turbulensi gitu lho, padahal aku sendiri gag tau turbulensi ki opo artine, tapi yang jelas, kaya di bis kota pas lewat jalanan berbatu. Kaya gitu mungkin perumpaannya. Payah banget. Selesai masalah awan, masalah laen timbul sama tidak mengenakkannya. Pesawat udah siap-siap mau landing nih, hatiku sudah bersorak gembira karena sebentar lagi menginjak rumahku tercinta. Tapi, yups...masalah laen datang menghampiri. Pas udah landing, aku mendengar suara berdebum yang banter, suaranya kaya pecut di film-film sadomasokist. Auuhhh....auuuhhhhh......kalo di film-film mungkin suara pecut itu bikin sensasi yang tidak terkira. Lha pada situasi ini, suara itu sama sekali tidak menimbulkan gebu-gebu seks yang memberingas, tapi malah merasa hampir mau mati. Serasa diujung senapan berpuluh-puluh senjata laras panjang. Sial tenan. Deg-degan setengah mati karena suara aneh yang mendadak memenuhi kabin pesawat. Aku langsung membayangkan roda pesawat yang tidak kuat menahan beban dari atas, lalu patah, tergelincir, terseret di landasan sepanjang beberapa ratus meter, kebakar hidup-hidup, dan segudang pikiran imajinatif yang mungkin akan menerima cap tidak lulus sensor dari MUI. Apalagi pas ngerem, suara itu makin memekakkan telinga. Mungkin kalo penahannya tidk kuat, pesawat itu bisa salto 360 derajat ke belakang. edan tenan. Tapi untungnya, masih diberi selamat oleh Tuhan. Hahaha..</div><div align="justify"></div><div align="center"><span style="color:#ff6666;">Kata terakhir: Jangan pernah sekali-kali naek pesawat tipe terjun bebas macam itu, kalau terpaksa, siap-siaplah mati secara tidak terhormat. </span></div><div align="justify"><span style="color:#6633ff;"></span></div><div align="justify"><span style="color:#6633ff;">*Paranoid tingkat lanjut dengan pesawat terjun bebas!</span></div><div align="justify"><span style="color:#6633ff;"></span></div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6918474450334322839.post-26233589537409195852008-08-06T21:49:00.001-07:002008-08-06T21:57:11.704-07:00Penguak Membran Kemaluan<div align="justify">Mengurai Hidup: pilihan kata yang mungkin tidak lazim dipakai dalam keseharian kita sebagai manusia. Mungkin hanya segolongan manusia penuh imakjinasi nakal yang akan memilih kata ini. Ya, tapi sering orang lupa untuk sekedar berpikir sejenak menjelajahi dunia bawah sadarnya. Menemukan jawab yang mungkin terselip ketika mereka melangkah keluar rumah, melihat dunia sekitar, dan kemudian duduk manis di meja makan sembari menikmati segelas kopi panas. Inilah kita, tanpa bahasa, tanpa suara, meniadakan secara sengaja esensi hidup yang otomatis terlupa karena mengejar waktu. Coba berdiam sebentar. Tidak perlu tempat seromantis seperti di Before Sunset, cukup di undak-undakan depan rumah, atau duduk di kursi tamu. Berdiam barang lima menit. Memahami alam dan segala seluk beluknya. Atau yang paling mudah, menelusur jejak perjalanan sehari. Siapa tahu ada yang tertinggal di sana dan masih bisa di daur ulang. Mari bercerita sejenak mengurai hidup!</div>Athanasius Wrinhttp://www.blogger.com/profile/09905725990762492540noreply@blogger.com0