Rabu, 05 Agustus 2009

Apakah takut ber-Tuhan?

Pagi ini masih liburan semester. Rasa malas belum mau beranjak dari pikiran. Dan parahnya lagi aku tidak bisa mengeyahkan itu, membuangnya, kemudian melakukan hal yang lebih berguna. Padahal di meja belajarku ada bermacam-macam buku yang belum sempat aku baca, ada buku EKG, ada kumpulan koran yang sengaja aku pilih untuk kubaca-baca lagi. Aku pingin menjadi orang yang segala tahu, maksudnya bukan untuk sombong bahwa aku ingin tahu semua hal di dunia ini. Sebuah keinginan yang sangat tidak mungkin terkait dengan keterbatasanku sebagai seorang manusia. Yah, paling tidak aku menjadi orang yang berwawasan luas yang bisa diajak ngobrol tentang apapun dan yang paling aku harapkan adalah aku bisa menceritakan kepada orang lain hal-hal yang pernah aku baca atau aku lihat. Ya, hanya semangat untuk berbagilah yang mendasari itu semua. Tidak ada maksud lain, tidak ada sesuatu yang terselubung. Tampaknya aku harus memperkuat niatku ini. Aku yakin aku mampu ketika aku mau.

Pagi ini akhirnya aku membuka facebook setelah sekian lama aku memendam diri untuk tidak membuka situs pertemanan itu. Ya, semakin lama tidak ada aktivitas yang cukup dinamis untuk bisa meningkatkan warna-warni harimu. Hanya seperti itu saja, komen-komenan, maen games, dan semakin lama makin membosankan karena tidak ada yang bisa dilakukan lebih daripada itu. Akhrinya, seminggu ini saya berusaha untuk tidak membuka facebook, ternyata tidak cukup hebat untuk bisa mencandui saya. Di facebook saya bertemu dengan adik yang sangat saya sayangi, yaitu si Pipin. Seorang wanita, adik kelas, yang telah berhasil “menobatkan” saya walau hanya sedikit, tapi paling tidak saya bertobat sedikit daripada tidak sama sekali. Semenjak dekat dengan dia, saya menjadi “agak lebih” rajin berdoa. Walaupun masih bolong-bolong juga, tapi paling tidak saya mempunya kerinduan untuk dekat dengan Tuhan. Sebuah resolusi yang bahkan tidak pernah saya cantumkan di daftar kertas saya untuk tahun ini. Entahlah mungkin Tuhan mengirimnya untuk memberi tahu aku bahwa aku sudah harus kembali pada-Nya. Pipin yang sangat “suci” ,menurut penilaianku, paling tidak berhasil mempengaruhiku secara tidak langsung untuk rajin berdoa, karena kalau ketemu dia pasti bawaannya ngajak berdoa bersama. Apa boleh buat saya ikut saja apa yang dia mau. Toh setelah dijalani selama ini, ternyata berdoa yang dulu adalah aktivitas yang membosankan, akhir-akhir ini menjadi aktivitas yang cukup menyenangkan, (lagi-lagi) paling tidak sudah ada dorongan yang cukup kuat di otak saya untuk bisa berdoa dan ingat Tuhan setiap saat. Memang sih, tidak bisa dipungkiri bahwa kadang otak tidak bisa cukup kuat untuk mempengaruhi seluruh pergerakan tubuhku ini. Jadi sering, keinginan itu hanya ndongkrok di pikiran tanpa pernah terealisasi.

Kembali soal hari ini, dalam chattingan yang melibatkan saya dan Pipin, tiba-tiba dia mengajak saya untuk ikut dalam komsel. “Emang komsel apaan pin?” saya bertanya dengan sedikit heran. “KTM alias Komunitas Tri Tunggal Mahakudus mas”. Walah..pikiran saya pun langsung tidak sanggup lagi untuk berpikir, mau direset berulang kali pun kayanya nggak bisa lagi, kalo ibaratnya maen PS mending diremukke wae PS-nya, njuk beli X-box. Entah apa yang terjadi dengan saya ketika Pipin mengajak saya untuk bergabung ke komunitas itu. Ada beban berat yang langsung menindih pundakku ketika mendengar nama komunitas. Bayangku pun menerawang dan berusaha untuk mereka-reka apa yang akan aku alami di sana. Pendalaman kitab suci, sharing iman, dan diskusi-diskusi yang pasti akan sangat membuat aku “ketakutan”. Ya, ketakutan yang tidak beralasan mungkin, karena toh aku belum pernah mencoba mengikuti. Ketakutan ini muncul karena aku menganggap diriku tidak pantas berada di sana, berbaur dengan orang-orang yang sudah ahli dalam hal-hal ke-Tuhan-an atau paling tidak mempunyai pengalaman bergumul dengan Tuhan. Sedangkan aku sendiri adalah anak muda yang sangat sering bercengkrama dengan setan dalam berbagai macam kegiatannya. Masih pantaskah aku untuk berada di tengah-tengah orang seperti mereka? Ya, ada banyak ketakutan yang membuncah mendadak di pikiran tidak bisa ditanggulangi lagi.

Aku pernah merasakan perasaan yang sama pada saat aku akan masuk kedokteran. Saat itu aku bercerita dengan ibu salah seorang temanku, bahwa aku menjadi sangat takut karena pasti di kedokteran akan ada banyak orang-orang pintar yang tidak mampu aku saingi. Ya, aku saat itu memang tidak tertarik untuk masuk ke kedokteran, semuanya terjadi karena memang sudah takdir yang menginginkan itu terjadi. Jadi aku sama sekali tidak punya bekal yang cukup untuk bisa bertahan di sana. Tapi, sampai saat ini aku masih bertahan sebagai mahasiswa tingkat 4 di jurusan itu, sebuah prestasi yang bagiku sangat membanggakan, aku tidak harus keluar dan mencari jurusan lain selain jurusan yang telah dipilihkan “ALAM” kepadaku. Situasi inilah yang terjadi lagi pagi hari ini, sudah kalah perang padahal aku belum maju ke medan perang itu. Aku selalu membayangkan bahwa aku akan mengalami kesulitan yang besar ketika aku berada di situasi yang aku bayangkan tidak bisa aku kuasai. Ya, mungkin memang akan ada kesulitan yang akan aku temui, tapi toh Tuhan sendiri bicara bahwa Dia tidak akan memberikan cobaan yang tidak akan bisa kita tangani. Dengan kata lain, kita pasti lebih kuat dan lebih hebat dari segala macam kesulitan yang akan kita hadapi. Cuma mungkin dunia mendidik kita bagaimana kita menyadari bahwa kita kuat dengan memberikan cobaan atau kesulitan yang memang harus kita lewati. Aku sadar bahwa kalau aku terus menerus terjebak pada pikiranku sendiri dan menjadi orang yang tidak berani mengambil risiko untuk kemajuan pribadi, tentu aku akan menjadi orang yang biasa-biasa saja. Terjebak dalam kenyamanan semu yang mungkin malah membuatmu berjalan di tempat.

Ya, pengalaman hari ini mengajarkanku bahwa aku tidak boleh takut menghadapi apapun yang ada di dunia karena aku yakin bahwa Tuhan akan selalu memampukan manusia dalam melewati setiap kesulitan yang akan menerpa. Seberat apapun itu, sekeras apapun itu, pasti aku akan bisa melewatinya. Tuhan selalu ada di sampingku ketika aku jatuh, untuk menarik kedua tanganku, Tuhan akan ada di belakangku untuk mendorongku maju ke depan, dan tentu saja Tuhan akan berada di depan untuk menuntun dan menunjukkan jalan yang benar kepada kita. So, jangan pernah takut akan apapun, takutlah pada satu hal: TUHAN.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

btul mas! tuhan ga pernah nguji manusia melampaui kemampuannya hehe