Rabu, 03 Desember 2008

Sindrom Pre-21

Judul yang mungkin aneh bagi sebagian orang yang tertarik membacanya, atau mungkin sudah tidak tertarik lagi bahkan untuk membaca seluruh kisahnya karena menemukan ketidaklaziman pada awal kalimat. Ya sudahlah, mari bercerita dan berpendapat, waktuku sedikit sempit tapi bukan berarti kita tidak bisa bercerita di sini.

Kata orang, hidup itu layaknya potongan puzzle yang harus kita susun satu demi satu supaya kita bisa tahu gambar apa yang tersembunyi di sana. sakjano, yo pendapat ini nggak selamanya bener sih kan biasanya di puzzle ada bungkusnya dan kita udah tahu gambar apa yang harus disusun bukan? Berarti hidup bukan seperti potongan puzzle to? Haha. Pendapat yang sedikit aneh memang. Tapi kalaupun hidup seperti puzzle maka kita tentu akan kesulitan untuk menyusun gambar yang seharusnya tersusun di lembaran yang sudah ditentukan. Tanpa petunjuk, tanpa penuntun, tanpa satu arahan apapun, kita diharuskan membuat gambar penuh yang kita sendiri pun tidak tahu apa yang akan tergambar di sana. Bagi sebagian orang petunjuk untuk menyelesaikan gambar itu ada di sekeliling mereka, entah itu alam, lingkungan, dll. Ada pula yang berpendapat bahwa mereka bisa menemukan tuntunan ketika mereka berinteraksi dengan orang lain. Ada pula yang menemukan petunjuk ketika mereka sedang dalam suasana hening dan merenungi hidup. Ada pula yang menemukan setitik cerah di suasana ramai. Ada pula yang harus berdiam di tempat sepi. Meditasi. Yoga. Atau sederet kosakata lain yang tidak pernah saia kenal sebelumnya. Pada intinya, mungkin tiap-tiap orang mempunyai cara khusus untuk menemukan petunjuk-petunjuk kehidupan yang akan menuntun mereka perlahan demi perlahan menemukan wujud akhir dari kehidupannya.

Ya, aku sendiri pun masih dalam proses mencari segelintir petunjuk yang bisa mengarahkanku pada kehidupan yang lebih jelas. Bukan berarti hidupku sekarang tidak jelas, tapi saat ini, aku masih berpendapat bahwa hidup itu mengalir seperti air sungai. Pendapat yang menurutku sangat naïf, sebodoh-bodohnya daun mengikuti aliran sungai, kalaupun dia bisa memilih maka dia akan memilih aliran yang tanpa riak, tenang dan tidak bergelombang. Dia juga (kalau bisa dan diperbolehkan) akan memilih aliran yang tidak begitu banyak bebatuan. Tak banyak jeram yang bisa membuat tubuhnya robek . Atau dia akan memilih aliran sungai yang tidak harus melewati air terjun yang akan membuat tubuhnya goyah tidak terkendali. Akan ada banyak aliran sungai yang bisa dipilih untuk bisa mencapai satu tujuan yaitu LAUTAN.

Hidupku sekarang seperti ribuan petunjuk yang ada dalam kolam penuh tulisan. Banyak petunjuk yang berkeliaran di luar sana. Menyediakan beratus-ratus makna yang kalau disusun tentu akan terbangun menjadi sesuatu yang bagus. Tapi sayangnya tidak semua petunjuk itu aku butuhkan, ada petunjuk yang memang aku perlukan, ada petunjuk yang hanya jadi sampah dan malah mungkin menyesatkan. Itulah yang terjadi pada diriku sekarang. Berbagai macam idealisme bergabung menjadi satu, berusaha menurunkan derajatnya dan beradaptasi dengan realitas yang ada. Sedang di lain sisi, realitas yang aku jalani pun sering memunculkan idealisme baru yang sangat bertentangan dengan apa yang aku hidupi selama ini.

Aku tidak tahu lagi bagaimana harus menuliskan ini dalam deretan kata-kata. Apa yang ada di otakku sekarang terlalu sulit untuk disusun. Aku sampai-sampai tidak bisa membaca apa yang sedang bergejolak di dalam jiwaku. Ah, sudahlah. Mungkin di antara kalian ada yang “sedang” atau “pernah” berada dalam posisiku. Suatu kondisi dimana kalian harus mensinkronkan berbagai idealisme dan realitas yang ada agar membentuk satu kesatuan yang sinergis. Sama seperti ketika orang bilang bahwa otak dan perasaan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, mereka harus berjalan berdampingan dan saling melengkapi.

Masalahnya adalah saia sekarang tidak punya cara yang cukup jitu untuk menyambungkan kedua hal tersebut. TOOOLLLLOOONGGGG!!!

1 komentar:

Nisa A mengatakan...

Ah Wrin... semangat ya kawan. :)